Rabu, Desember 17, 2008

Puisi Seni Sejati

Hijau tampaknya Bukit Barisan
Berpuncak Tanggamus dengan Singgalang
Putuslah nyawa hilanglah badan
Lamun hati terkenal pulang

Gunung tinggi diliputi awan
Berteduh langit malam dan siang
Terdengar kampung memanggil taulan
Rasakan hancur tulang belulang

Habislah tahun berganti zaman
Badan merantau sakit dan senang
Membawakan diri untung dan malang

Di tengah malam terjaga badan
Terkenang bapak sudah berpulang
Diteduhi selasih, kemboja sebatang

(Kuplet Soneta M. Yamin....
Sesungguhnya ini merupakan pantun. Sutan Takdir Alisyahbana dalam "Puisi Lama" menyebut karya ini sebagai "Puisi Seni Sejati")

Read More..

Rabu, Desember 10, 2008

Potong Hewan Kurban (A.K.A Potong Bebek Angsa)

Potong hewan kurban......(potong bebek angsa)
setahun sekali.....(masak dikuali)
sebagai kurnia.....(nona minta dansa)
syukur pada Allah.....(dansa emapat kali)
AllahuAkbar....AllahuAkbar.....(sorong ke kiri.... sorong ke kanan)
Potong hewan kurban sekarang juga...... (lalalalalalalalalalala)

Bait-bait diatas jika dinyanyikan grup nasyid ato band reliji, ato si Afghan misal, tentu tidak akan selucu dengan yang didendangkan Zafira. Zafira... gadis cantik usia dua setengah tahun, buah hati dari tetanggaku yang telah bersama kami di Meruya sejak 1985.
Ayahnya yang notabene temanku sejak kecil memasukkannya ke satu Playgroup Islam khusus balita. Jadilah celoteh anak cantik ini makin jadi dan makin berbobot sebagaimana lirik yang dinyanyikannya diatas.
"Zafira, siapa yang ajarkan lagu itu?"
"Bu Guru"
, ujarnya sambil tersenyum
"Siapa Bu Gurunya Zafira?"
Lagi-lagi gadis kecil ini menjawab dengan tariannya yang lucu seraya menyebut nama 3 guru-gurunya yang katanya semuanya baik dan cantik-cantik.
Tiada hentinya dia berdendang gembira demi melihat kambing-kambing yang jumlahnya 5 ekor itu diikat di pintu pagar rumahku.
Hari itu adalah hari raya kurban. Ayahnya, aku, dan beberapa warga turut serta berkurban tahun ini dan kami jadi panitianya.
Rupanya begitu besar perhatian guru-gurunya gadis kecil ini, sampai lagu legendaris "Potong Bebek Angsa" harus diaransemen ulang menjadi "Potong Hewan Kurban". Lagu yang lirik aslinya kurang nyambung dan kurang bertanggung jawab itu pun menjadi lirik lagu pendidikan Islam yang digubah khusus anak-anak. (Potong bebek angsa???? Apa bedanya bebek sama angsa? trus knapa pula si Nona harus diajak dansa-dansi demi bebek???)
Luar biasa cara guru-guru sekarang dalam mendidik anak dan menanamkan kecintaan pada Allah. Dan bahagianya melihat anak-anak itu bernyanyi riang dan melompat-lompat gembira melihat kambing-kambing yang siap dipotong.
Apa yang ada di alam pikiran mereka? Bernyanyi dan bergembira, tertawa melihat bentuk binatang berkaki empat yang mulai jarang terlihat di kota Jakarta, senang jika daun-daun yang mereka pegang dimakan oleh si kambing.
Aku cuma bisa membayangkan adik kecilku mungkin seperti ini pula ketika seusianya. Aku tidak sempat melihatnya tumbuh hingga usianya sekarang menginjak 10 tahun. Sejak hari pertama kelahirannya ditinggal mati ibunya, harus hidup jauh dari kakaknya.
Benar-benar gadis kecil yang tegar.... diumurnya yang belia sudah mengalami dua kali ditinggal pergi ibunya, ibu kandung dan ibu tiri, kemudian ayahnya, kemudian kakeknya yang bertahun-tahun tinggal bersamanya di Padang.
Tapi apalah yang dipikirkan anak kecil seusianya?
"Yola berdo'a ngga buat kakek?"
"Iyah.... Yola berdoa buat kakek, papa, sama mama",
sahutnya via telepon.
Aku yakin dia lebih bahagia tinggal bersama kerabat kami di sana ketimbang harus hidup disini dengan kakak-kakaknya yang kebingungan mengurus dirinya sendiri. Sekalipun dia ingin supaya bisa berkumpul kembali suatu saat....
Selamat bersenang-senang disana gadis kecilku.... alam Jakarta yang keras disini belum mampu menghadirkan kebahagiaan sebagaimana yang layak bagi gadis lucu seperti dirimu....




Read More..