Kamis, Januari 22, 2009

Syair Abdul Muluk

Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah paduka sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan

Abdul Muluk putra baginda
Besarlah sudah bangsawan muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada

Parasnya elok amat sempurna
Petah menjelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina

Akan Rahmah puteri bangsawan
Parasnya elok sukar dilawan
Sedap manis barang kelakuan
Sepuluh tahun umurnya tuan

Sangatlah suka duli mahkota
Melihat puteranya besarlah nyata
Kepada isteri baginda berkata
"Adinda Nin apalah bicara kita?

Kepada fikir kakanda sendiri
Abdul Muluk kemala negeri
Baiklah kita beri beristeri
Dengan anakanda Rahmah puteri"

Permaisuri menjawab madah
"Sabda kakanda benarlah sudah
Akan anakanda Sitti Rahmah
Patutlah sudah ia berumah"

Bertitah pula baginda sultan
"Esok hari istana hiaskan
Adinda jangan berlambatan
Kerja nin hendak kakanda segerakan"

Mendengarkan titah sultan paduka
Permaisuri menjawab lakunya suka
"Alat perkakas hadirlah belaka
menantikan sampai saat ketika"

Telah sudah baginda berperi
Berangkat keluar mahkota negeri
Serta sampai ke balairung sari
Didapati hadir sekalian menteri

lalulah bertitah baginda sultan
Kepada Mansur wazir pilihan
"Berhadirlah kakanda alat pekerjaan
Abdul Muluk hendak dikawinkan

patutlah sudah ia beristeri
Dengan anakanda Rahmah puteri
Esok himpunkan hulubalang negeri
Kerja hingga empat puluh hari

Sudah bertitah raja yang gana
berangkat masuk ke dalam istana
Akan mansur yang bijaksana
Mengerjakan titah dengan sempurna

Telah datang keesokan hari
Berhimpun sekalian seisi negeri
Serta dengan anak isteri
Mansur menghiasi balairung sari

Orang mengatur sudahlah selesai
dari istana sampai ke balai
Indah rupanya tiada ternilai
Segera yang melihat heran dan lalai

Beberapa kali meriam dipasang
Bersambutlah dengan gong dan gendang
Joget dan tandak topeng
dan wayang
Tiadalah sunyi malam dan siang


Akan segala hulubalang menteri
Penuh sesak di balairung sari
Menghadap baginda sultan bestari
Setengah bermain catur baiduri



Demikianlah kerja paduka sultan
Sehari-hari minum dan makan
Dagang senteri semuanya dihimpunkan
Berbagai jenis tambul angkatan

Tiadalah hamban panjangkan peri
Sampailah kerja empat puluh hari
Sultan menghiasi putera sendiri
Diatas singgasana balairung sari

Beraturlah raja berjawab-jawaban
Penuh-sesak dibalai penghadapan
Serunai nafiri bersahut-sahutan
Nobat dipalu meriam dipasangkan

Memakailah konon muda teruna
Betapa adat raja yang gana
Dengan selengkapnya sudah terkena
Manis seperti halwa cina

Sudah memakai muda bangsawan
Wajahnya cemerlang kilau-kilauan
Cantik menjelis sebarang kelakuan
Patut putera yang dipertuan

Putera memakai selesailah sudah
Lalu dipimpin duli khalifah
Di atas perarakan dinaikkanlah
Terkembanglah payung kemuncak bertatah

Setelah mustaid sekalian rata
Lalu berarak keluar kota
Meriam dipasang bahan gempita
Laskar hulubalang bermain senjata

Ada setengah gila bersorak
Bertempik sambil mengadangkan tombak
Orang melihat tertawa gelak
Segenap lorong penuh dan sesak

Kebanyakan pula berlari-lari
Hendak melihat putera bestari
Berdahulu-dahuluan sama sendiri
Anak didukung sebelah kiri

Orang berarak terlalu bena
Tersebut perkataan di dalam istana
permaisuri yang bijaksana
Rahmah dihiasi dengan sempurna

Terlalu baik parasnya puteri
Sedap manis tidak terperi
Putih menjelis durja berseri
Tiada berbandingan di dalam negeri

Cantik manis tiada berlawan
Memberi hati pilu dan rawan
Lemah-lembut sebarang kelakuan
Segala yang memandang belas-kasihan

Sekalian alat sudah terkena
Didudukkan diatas peterana ratna
Menghadap nasi berastakona
Beraturlah siti anak perdana

Tersebutlah khabar orang berarak
Riuh dengan tempik dan sorak
Serta dengan joget dan tanda
Beberapa hamburan emas dan perak

Setelah petang sudahlah hari
Mempelai diarak orang kembali
Langsung sekali ke balairung sari
Disambut raja-raja kanan dan kiri

Sampai kembali muda teruna
Diiringkan Mansur wazir perdana
Disambut sultan dengan sempurna
Dibawanya masuk kedalam istana

Setelah datang ke dalam puri
Didudukkan baginda di kanan puteri
Keduanya sama manis berseri
Laksana bulan dengan matahari

Isteri Mansur wazir berida
Menyelampai tetampan berkida-kida
Berdatang sembah lakunyasyahda
"Santaplah tuan dengan adinda"

Mendengarkan sembah bini menteri
Tersenyum sedikit muda-bestari
Santap pun tidak berapa peri
Bersuap-suapan laki isteri

Sudahlah santap muda bangsawan
Santap sirih di dalam puan
Bertitah pula yang dipertuan
"Bawalah isterimu masuk peraduan"

Setelah didengar Abdul Muluk
Tersenyum sedikit lalulah tunduk
Dipandang baginda terlalu elok
Sedap manis tiada bertolok

Bangkit berdiri muda bangsawan
Lemah lembut malu-maluan
Dipegang tangan adinda tuan
Dibawanya masuk ke dalam peraduan

Tersenyum manis sultan mengindera
Suka melihat keduanya putera
Laki-isteri sama setara
Belumlah sampai budi-bicara

Setelah selesai muda bangsawan
Berangkat kembali yang dipertuan
Berjamu menteri hulubalang sekalian
Makan dan minum bersuka-sukaan

Tiada lagi dipanjangkan madah
Sehingga itu jadilah sudah
Tujuh hari sudah sampailah
Bersiramlah putera paras yang indah

Sudah bersiram muda teruna
Diberi memakai dengan sempurna
Didudukkan diatas peterana ratna
Santaplah nasi yang berastakona

Tiadalah hamba panjangkan peri
Duduklah baginda bersuka-sukaan
Tiga bulan sepuluh hari
Berdamailah baginda laki-isteri

Sangatlah suka paduka sultan
Melihat anakanda putera bangsawan
Dua laki-isteri berkasih-kasihan
Duduklah baginda membujuk isteri

Read More..

Minggu, Januari 11, 2009

Pantun Walimah

Hari ini kawan kuliahku dulu menikah.... tapi nikahnya jauh di Palembang. Sedih juga ga bisa hadir. Sebagai bentuk permohonan maaf karena ketidak mampuan, aku cuma bisa kasih pantun buat dia. Biar pun jelek... mudah-mudahan tetap dimaklumi......

Ramai nian kembang setaman
Patah tumbuh mengganti hilang
Jauh dicari di tanah Pasundan
Di Sriwijaya pula payung dikembang

Buat kawanku Apri Densi, kebersamaan kita dahulu dibangku kuliah benar-benar berharga dan berkesan, aku cuma bisa ucapin buatmu:
"barakallahu laka wa baraka alaika wa jamaa binakuma fil khair"
Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Amien.....

Read More..

Kamis, Januari 01, 2009

Kado Tahun Baru Muharram

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa kasihkan kado tahun baru Muharram buat temen-temen semua. Jarang-jarang kan dapet kado Muharram? Kado ultah mah dah sering.... pasti bosen. Yang spesial mungkin.... karena kadonya saya buat dan bungkus sendiri via email dengan memanfaatkan waktu senggang saya yang udah amat jarang. Bentuknya berupa tulisan sederhana, tapi jadi tidak sederhana karena menyita waktu saya yang sudah lama ngga nulis dan sudah lama ngga melakukan terjemah seperti yang saya buat ini. Ngga tahu kenapa buku kecil ini yang saya terjemahin, ngga ada alasan khusus.... mungkin karena stres. Biasanya kalo stres lagi memuncak atau kalut yang ngga hilang-hilang, saya pilih baca atau menulis.

Sembari menyusun terjemahan ini pikiran saya melayang ke hari ini, 1430 tahun yang lalu. Pada suatu kejadian pelarian paling spektakuler dalam sejarah manusia setelah pelarian Musa dan kaumnya Bani Israel melintasi Laut Merah pada 1200 SM. Hari itu suatu malam yang direncanakan penuh kengerian dari pemuka-pemuka manusia yang ketakutan pamor dan pengaruh mereka melayang. Hampir separuh penduduk Makkah bersiap mengepung dari segenap penjuru demi darah manusia yang dulu pernah mereka pilih sendiri sebagai Al-Amin, Duta Perdamaian bangsa Makkah.

Lantaran apa? Lantaran “duta perdamaian” ini sekarang telah memecah persaudaraan mereka, merendahkan kedigdayaan petinggi kaumnya, dan menyingkap aurat kebobrokan tatanan hidup mereka.

Dahulu mereka tega menyembelih anak perempuan mereka

Dahulu mereka menjual-belikan wanita dengan harga rendah

Dahulu mereka memberi pinjaman dengan riba berlipat

Dahulu dipertaruhkan harta dan keluarga di meja judi

Dahulu tertumpah darah sesamanya demi mempertaruhkan gengsi

Nyaman dengan status quo tersebut, padu dan bulatlah suara bangsa Quraisy, siap menikam anak sendiri.

Hari itu penentuan sejarah dunia selanjutnya, akankan ada hari esok untuk perubahan? Mereka berencana, Allah pun punya rencana....

Loloslah Muhammad dari rumahnya yang mulia, berangkat bersama Ash Siddiq, seorang pembenar. Pembenar perjalanan Isra’ mi’rajnya yang agung ketika manusia mendustakan.

Jangankan satu malam, walau separuh malam pun jika Muhammad yang mengatakan aku percaya ujarnya sebagai tahbis gelarnya dikemudian hari.

Berangkat dua sahabat sependeritaan ini demi menyusul kawan-kawan mereka, untuk satu harapan yang belum pasti berpihak pada mereka. Meninggalkan harta, saudara, dan segenap kerja keras yang dibangun bertahun-tahun tanpa membawa apapun kecuali harapan.

Melintasi gurun hanya beralas kaki dengan menempuh perjalanan puluhan mil memutar menuju “Tanjung Harapan”. Berpacu melawan kejaran separuh penduduk Makkah dengan kuda-kuda arabnya yang terkenal kencang dan tangguh. Apalah artinya dua manuasia memutar jalan untuk mengelabui musuh, dengan usia separuh abadnya tersusullah sampai disuatu gua sempit. Didalamnya bersembunyi Muhammad dan Ash-Shiddiq.

Sempat Sang Pembenar itu menitikkan air mata menahan perih ketika kalajengking gurun menyengatnya, tapi ditahannya suaranya demi sempurnanya tidur kawannya, Al-Amin.

Dan waktu berikutnya kembali dia menahan nafas ketika kuda-kuda arab menghampiri persembunyian mereka. Siapa sangka laba-laba, mahkluk kecil lemah dengan sarangnya yang halus yang dipilih Tuhan untuk melenyapkan alibi. Bahwa gua itu sedang didiami.

Ketika pedang tidak berdaya untuk berkata

Tuhan pun telah disangka lupa pada pejuangnya

Bersiap Ash Siddiq menyerahkan jiwa

Tetapi Laba-laba telah berkata bohong dengan sarangnya

Gurun pasir arab bersaing dengan mataharinya bersaing menciptakan nuansa kematian, kekosongan dari kehidupan, dan keheningan. Kali itu terpilih menjadi saksi –untuk kesekian kalinya- bagi nabi terakhir yang dikirim Tuhan dalam perjudiannya dengan maut.

Sementara kawan-kawannya di Madinah menanti dengan cemas, kapan kiranya hari itu berkesudahan? Apakah dengan nabi bersama mereka atau terus menanti seperti hari kemarin. Sesekali kawan mereka menaiki pohon Kurma, melempar pandangan ke arah Makkah. Apakah fatamorgana atau sosok dua manusia berjalan ke arah mereka?

Wahai manusia, itu nabi kalian telah datang”, ujar salah satu penduduk. Maka terkembanglah harapan, sirnalah kelelahan, kebatilan segera tumbang, hilang oleh kemenangan agama Tuhan atas agama kaum pagan. Nyatalah bahwa perjuangan agama Allah belum selesai, bahkan baru akan dimulai.....

Phoenix, burung api dari legenda kuno bangsa Arab, kembali mengangkasa. ...

Hari ini, 1430 tahun ba’da hijrah. Saya tulis dari jarak ribuan mil dari tempat roket-roket Bangsa Zionis yang dimurkai menyalak, haus akan darah anak-anak Palestina yang tidak berdosa. Dimalam saat separuh belahan dunia bergembira meniupkan terompet pergantian tahun masehi, ditingkahi letusan petasan dan kembang api warna-warni. ..Disaat penduduk Jakarta berbondong-bondong mengantri untuk selembar tiket Boyz 2 Men seharga lebih dari dua juta rupiah...... Disaat kesepian dan kesendirian. ... Saya berikan Kado Muharram...

3 Muharram 1430 / 31 Desember 2008


Read More..