Jumat, November 23, 2007

Syair Umar ibn Abdul Aziz

Penjelasan kata-kata :
تَعَلَّمْ : ketahuilah, ilmuilah
يُولَدُ : dilahirkan,
sebagaimana dalam ayat QS. Al Ikhlas }لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ{
(artinya : Tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan)
كَبِيْرَاْلقَوْمِ : petinggi (sesepuh) kaum, sebagaimana dalam ayat QS. Yusuf قَالَ كَبِيرُهُمْ أَلَمْ تَعْلَمُوا (artinya : Berkatalah yang tertua diantara mereka: "Tidakkah kamu ketahui.......)
الْمَحَافِلُ :majlis, perkumpulan orang-orang

Ta'rif penyair :
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz, merupakan salah satu khalifah bani Umayah yang memerintah pada masa satu abad setelah Hijrah. Beliau-rahimahullah- merupakan simbol kebaikan dan keadilan dimasanya dan masa-masa setelahnya. Beliau mengembalikan hak-hak manusia yang dirampas para pemimpin pendahulunya. Sebelumnya Umar ibn abdul Aziz dikenal sebagai seorang yang hidup dibawah kemewahan raja-raja bani Umayyah. Dihikayatkan bahwa sebelum menjabat sebagai khalifah menggantikan Abdul Malik ibn Marwan, beliau merupakan orang yang gemuk besar dan biasa berjalan di tengah manusia dengan angkuhnya. Wangi parfumnya tercium hingga jarak sekian demi sekian. Beliau juga marah jika gaya jalannya dengan kain yang menyeret tanah (isbal) dikritik para ulama' karena melanggar syariat nabi.
Sikapnya berubah 180 derajat setelah dilantik menjadi khalifah. Beliau hidupkan kembali sunnah-sunnah nabi dan memuliakan para ulama'. Beliau memerintahkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam, pembukuan (tadwin) hadits-hadits nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. Penyusunan dilakukan oleh Imam Muhammad bin Syihab Az Zuhri, ahli hadits terkemuka saat itu.
Beliau wafat kurang lebih setelah dua tahun setengah memimpin umat Islam pada usia 39 tahun, rahimahullah.

Penjelasan syair :
Penyair-Umar bin Abdul Aziz- mengajak para hadirin untuk memperhatikan perkataannya. Beliau mengungkapkan bahwa tidak seorang pun terlahir ke dunia dalam keadaan pandai. Begitu pula saudara yang memiliki ilmu tidaklah sama dengan orang-orang jahil.
Adapun para sesepuh kaum maupun orang-orang yang dituakan masyarakat tetapi tanpa diiringi dengan kepandaian dan ilmu yang memadai, maka dia akan merasa kecil dan minder jika orang-orang menghadapkan wajah mereka untuk mendengarkan kata-katanya.



Read More..

Rabu, November 07, 2007

Muda itu emas.......

There's a lady who has sure, all that glitter is gold
and she's buying a stairway... to heaven
Mendengar kata "emas" ingatan saya melayang ke salah satu lirik lagu milik grup Rock legendaris era '70-an, Led Zeppelin, bertitel Stairway to Heaven. Lagu yang jadi masterpiece Led Zeppelin ini konon sarat makna dan sangat puitis sehingga menimbulkan interpretasi aneh-aneh bagi pemujanya. Dengan durasi lagu mencapai 8 menit (cukup lama untuk sebuah lagu) sebagian penikmat musik mencoba menganalisa liriknya. Ada yang mencoba membalik lagu menjadi mundur ke belakang, maka terdengar Robert Plant, vokalis Led Zeppelin, seperti mengucapkan kata-kata, "here my sweet Satan". Hiiiiiiiiiiii
Tentu tulisan ini bukan bermaksud membahas band yang bubar tahun '80 ini, bahkan tidak ada kaitannya sama sekali. Justru yang akan mendapat tempat pada goresan saya saat ini ialah kepemudaan. Apa yang terlintas di kepala ketika mendengar kata "Muda"?
Labil, penuh emosi, cinta monyet, stubborn, currious, eager to learn every something new, petualangan, mudah terpengaruh, terobsesi, menuruti kata hati...... or.... or..... or seperti liriknya Slank:
Kecil suka-suka, Muda terkenal
Tua kaya raya, Mati masuk sorga
Manusia dengan mudanya, secara umum tidak jauh dengan satu dua atau lebih dari kata-kata diatas. Pemuda melihat orang yang lebih "senior" sukses, maka darah mudanya bergejolak dan hatinya berteriak "Aku harus sukses seperti dia.... lebih sukses". Maka dia menyusun strategi yang terkadang membabi-buta to get bigger and bigger and bigger. Mengapa membabi-buta? Karena banyak dari mereka lupa bahwa kesuksesan senior-senior mereka diraih dengan jalan panjang, kadang berliku-liku dan tak jarang berdarah-darah.
Banyak pula yang suka latah dan ikut-ikutan, pas tren rambut cepak ikutan cepak, rambut moak (make up-slank) ala punk naek daun ikutan dimoak. Minimnya pengalaman hidup menjadikan pemuda menjadikan figur di dekatnya sebagai panutan, seiring bertambahnya usia mereka akan semakin wise dan sadar malah terkadang menyesal kemudian...... menyesal atas kesia-sian.
Tidak..... bukan muda itu yang saya maksud. Pemuda-pemuda emas adalah pemuda-pemuda ajaib yang mencapai reputasi tertingginya justru ketika masih usia muda. Pemuda-pemuda yang "lepas" dari mainstream stereotip kepemudaan yang identik dengan hal-hal minor diatas. Pemuda-pemuda yang stabil, memiliki visi dan misi serta falsafah, konsisten, dan pantang menyerah.
Pada masa kini bolehlah misal saya sebut nama Hendy Setiono, pemilik dan pendiri perusahaan Franchise Babarafi dengan usianya baru menginjak 23 tahun menghantarkannya sebagai Juara Umum Enterpreneur under 25 se Asia Pasific. Atau mungkin yang lebih sakti seperti Bill Gates, bos Microsoft, mampu melibas raksasa komputer dunia seperti IBM diusia belum mencapai kepala tiga dan bertahta sebagai orang paling kaya selama lebih dari satu dasawarsa.
Bahkan lebih jauh lagi, jika membolak-balik buku sejarah para khalifah maka akan kita dapati banyak sekali khalifah dan para pemimpin yang memegang tampuk pemerintahannya diusia baru menginjak 20 tahun, bahkan belasan. Ajaibnya, mereka mampu menunjukkan kegemilangannya dalam memimpin negeri, menumpas pemberontak, bahkan menaklukkan negeri-negeri yang memiliki pertahanan tangguh. Bayangkan dengan pemimpin sekarang yang umumnya baru memegang tampuk kepemimpinan paling cepat menjelang umur 50-an.
Pun juga pada ulama'-ulama' terdahulu, Ibnu Taymiyah menjadi mufti sebelum usia 20 tahun. Para imam-imam ahli hadits menempuh jarak puluhan ribu kilometer meninggalkan keluarga dan sanak saudaranya, menembus padang pasir dan lautan serta keganasan perompak masa silam....... juga di usia belasan tahun. Imam an Nawawi, wafat pada usia muda 43 tahun dan belum sempat menikah, meninggalkan ratusan karangan dan kitab-kitab berharga dalam bidang tafsir, hadits, sastra, aqidah, fiqh, nahwu dan lain-lain.
Sebetulnya apa yang dimiliki orang-orang terdahulu sehingga mereka bisa mencapai kematangan berfikir lebih cepat melebihi kebanyakan manusia saat ini?
Yah tentu saja, mereka adalah manusia yang menghargai waktu dan tidak membiakan waktunya berlalu sia-sia. Dengan mengorbankan waktu dimana kebanyakan manusia pada seumur pemuda-pemuda emas ini masih berkutat dengan main-main dan senda gurau, mereka melipat waktunya dengan berjuang dan menuntut ilmu hingga bisa setara dengan orang-orang yang mencapai kejayaan di usia senja.
Tulisan ini saya akhiri dengan sebuah kisah dialog antara Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah dengan seorang anak. Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu icon bagi keadilan dan kelemah lembutan Islam. Kisahnya memenuhi lembaran sejarah keutamaan pemimpin yang lurus. Padahal beliau hanya sempat menjabat khalifah bani Umawi selama 2 tahun setengah dan akhirnya wafat pada usia muda 39 tahun.
Tatkala Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, maka menghadaplah para utusan kepadanya. Maka datanglah utusan kaum Hijaz, lalu majulah salah seorang anak hendak berbicara kepadanya. Maka Umar berkata :

يَاغُلامُ، لِيَتَكَلَمْ مَنْ هُوَ أَسَنُّ مِنْكَ

"Wahai anak kecil, hendaknya yang berbicara itu orang yang lebih tua darimu"

Maka dijawab: "
Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya yang kecil dari seseorang itu cuma 2, hatinya dan lidannya. Jika Allah menganugerahkan hambanya lidah yang yang fasih dan hati yang senantiasa terjaga, maka dia berhak untuk bicara. Sekiranya suatu urusan itu harus dikaitkan dengan usia, niscaya ada yang lebih berhak untuk duduk ditempat anda saat ini."

Maka takjublah Amirul Mukminin dengan jawaban anak tersebut, lantas beliau bersyair :

تَعَلَّمْ فَلَيْسَ اْلمَرْءُ يُولَدُعَالِمًا

وَلَيْسَ أخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاحِلُ

وَ إِنَّ كَبِيْرَاْلقَوْمِ لَاعِلْمَ عِنْدَهُ

صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلَيْهِ الْمَحَافِلُ

Ketahuilah, tidaklah seseorang itu terlahir dalam keadaan pandai
Dan tidak pula sama pemilik ilmu dengan orang jahil
Adapun petinggi kaum yang tidak berilmu
Maka akan merasa rendah jika orang-orang berkumpul memperhatikannya

Di jawab oleh si anak : "Kami adalah rombongan yang hendak mengucapkan selamat kepada anda. Kami tidaklah didahului rasa takut maupun keinginan terhadap sesuatu, karena kami telah merasakan rasa tentram selama engkau memerintah kami dan kami pun telah memperoleh apa yang kami cari".

Berikut akan datang penjelasan singkat syair Amirul Mukminin, Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, InsyaAllah......

Read More..

Senin, November 05, 2007

Menghafal itu mudah???!!!!!

Dahulu, zaman tulis menulis dan cetak mencetak blom tren kayak sekarang, orang-orang biasa menghafal pelajaran di luar kepala. Setau saya, transfer knowledge model ini masih terjadi hingga kurun orang-orang tua kita sekolah dulu. Setidaknya beberapa puluh tahun lalu memang alat-alat tulis blom terlalu banyak beredar seperti sekarang, buku tulis sinar dunia blom ada, pencil Steadler juga produksinya blom banyak, paling2 pena yang tintanya bleber kemana-mana.
Bagaimana proses transfer knowledge atawa belajar nya orang tua kita puluhan tahun lalu? Katanya sih pelajaran ditulis dan masing2 siswa menulis diatas suatu papan dengan bantuan kapur. Kalo pelajarannya selesai ato ganti pelajaran, papan2 kecil itupun dibersihkan. Busyet, kalo mo ujian gimana tuh? Kudu nginget2 tulisan yang dulu sebelon dihapus?????
Bener2 zaman kita semua udah dimanjain, mo nulis tinggal ke internet kopi paste???!!!! Instant.

Seiring dengan kemajuan zaman, kemampuan tulis-menulis dan sarananya yang makin banyak bikin orang meninggalkan era hafal-menghafal. Maka terasa sekali saat ini menghafal kok rasanya syusaaaah gitu.

Konon orang-orang arab dahulu zaman jahiliyah biasa menghafal pelajaran luar kepala dengan hafalan yang fantastis. Dan memang Rasulullah menyatakan :
نحن قوم أمي لانكتب ولانحاسب
"Kami adalah kaum yang ummy, kami tidak menulis dan tidak pula melakukan hisab (perbintangan)"
Masa-masa sebelum turunnya risalah kenabian tidak dikenal deretan nama penulis arab jahiliyah terkenal, tetapi karya mereka -ajaibnya- bisa bertebaran sampai ke zaman ini. Bagi pelajar sastra tentu bukan hal mustahil untuk menemukan buku-buku yang menuliskan kumpulan karya para tokoh arab jahiliyah seperti kitab-kitab diwan (kumpulan syair) milik salah satu tokoh penyair arab jahiliyah. Kitab-kitab tersebut bukanlah dikarang oleh sang tokoh langsung, tetapi disusun berdasarkan kumpulan riwayat hafalan yang diterima penyusun kitab dan dinisbatkanlah nama tokoh terhadap kitab tesebut.
Keadaan ini -tidak membukukan tulisan- berlangsung hingga zaman sahabat sehingga kita tidak menemukan buku yang memang dikarang langsung tokoh sahabat tertentu tetapi kita bisa temukan buku yang mengumpulkan karya mereka semisal Diwan Hassan bin Tsabit, yaitu kumpulan syair Hassan bin Tsabit, penyair rasul.
Perkembangan era tulis-menulis bagi kalangan bangsa arab hijaz memang "agak" terlambat dibanding bangsa tetangga mereka seperti Mesir, meskipun bukan berarti tulis menulis tidak ada sama sekali. Dan kita ketahui ilmu2 tata bahasa arab seperti nahwu dan sharaf muncul belakangan dengan mengambil acuan dari tata bahasa al Qur'an yang turun dengan bahasa arab. Demikian pula tata cara tulisan-tulisan arab yang mengalami perbaikan2 setelah turunnya al Qur'an. Maka bisa dimengerti mengapa hafalan menjadi bagian sangat penting dalam proses transfer pengetahuan kala itu.
Maka sejumlah tokoh-tokoh penyair arab jahiliyah biasa digambarkan taraf kejeniusannya dengan keberanian, kefasihan lidah, banyaknya syair, nasab, dan lainnya tetapi bukannya banyaknya karya tulis (tentang tokoh-tokoh penyair jahiliyah akan ada pembahasannya nanti-insyaAllah).
Era hafal-menghafal sangat berkembang karena perintah-perintah rasulullah untuk menghafal al Qur'an dan al hadits, maka terjagalah kedua sumber hukum Islam ini di dada banyak manusia dan disampaikan secara berantai melalui jalur periwayatan. Maka hafal-menghafal menjadi sangat tren bagi manusia dan meningkatkan derajat penghafalnya. Para ulama' kala itu menghafal dengan jumlah hafalan yang sulit dibayangkan manusia zaman ini seperti contoh Imam Al Bukhari menurut pengakuannya langsung bahwasannya beliau menghafal sampai 300 ribu hadits dengan 200 ribu diantaranya tergolong hadits lemah dan 100 ribu sisanya merupakan hadits shahih. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal disebut-sebut memiliki jumlah hafalan hadits lebih menakjubkan, 1 juta riwayat!!!
Salah satu kisah menakjubkan sebagaimana terjadi pada suatu kerajaan bahwasannya Raja memiliki seorang pembantu yang mampu menghafal dan mengulang kembali apapun yang dia dengar. Beliau juga mempunyai seorang pembantu lagi yang juga memiliki kemampuan yang sama hanya saja hafalannya baru kuat setelah diulang satu kali. Sedangkan raja juga memiliki kekuatan menghafal hanya saja hafalannya baru kuat setelah diulang dua kali.
Maka raja melakukan sayembara dengan mengumpulkan para penyair terbaik. Sayembara itu menantang para penyair untuk bersyair yang tidak pernah didengar siapapun. Hadiah yang ditawarkan adalah bagi penyair yang mampu menghadirkan syair yang belum pernah didengar siapapun maka alat-alat tulis yang dia gunakan untuk menulis syairnya akan ditimbang dan beratnya diganti dengan emas.
Maka berbondong-bondonglah para penyair kenamaan maju membawakan syair-syair mereka. Sekalipun mereka semua membuat sendiri syair-syair mereka dan tidak memberitahukan isinya kepada siapapun, selalu saja raja dan dua pembantunya mengatakan bahwa "Syairmu itu sudah pernah aku dengar".
Maka heranlah para penyair. Betapa tidak, raja menolak syair-syair mereka sambil berkata "pembantu-pembantu saya saja pernah dengar syairmu". Maka pembantu utamanya akan mengulang syair sang penyair tanpa kurang sedikitpun. "Kalo kamu masih kurang yakin, coba tanya pembantu kedua saya". Maka pembantu raja yang kedua pun muncul membacakan syair Sang Penyair tanpa kurang sedikitpun.
"Jangankan kedua pembantu saya, sayapun sudah pernah dengar syair kamu" maka raja pun mengulang kembali bacaan syair hingga selesai. Maka kembalilah ribuan penyair dengan tangan hampa.
Tentu saja bukan karena syair mereka yang usang, tapi sebetulnya karena raja dan dua pembantunya menyimak bacaan syair mereka sambil menghafal. Sepanjang apapun syair para penantang selalu saja mampu diulang dengan baik oleh raja dan dua pembantunya.
Sampai datanglah seorang yang terkenal dengan kefasihannya turut mencoba peruntungan. Orang tersebut mengarang syair yang ungkapan-ungkapannya sangat sulit dan abstrak sehingga tidak mudah dihafal. Maka raja bertanya pada pembantu utamanya maka dia pun gagal mengulang dengan sempurna kemudian menggelengkan kepala menyerah. Pembantunya yang kedua pun tidak sanggup mengulang dan tentu saja raja pun ikut menyerah.
Setelah memuji kejeniusan Sang Penyair, maka raja berkata "Silakan engkau timbang alat tulismu yang dipakai untuk menulis syair indahmu, kami akan mengganti beratnya dengan seberat timbangan emas."
Berkata Penyair, "Duhai paduka yang mulia, hamba telah menuliskan syair hamba di sebuah batu besar!!!!!!".
Maka ditimbangkan batu besar bertuliskan syair tersebut dan habislah seluruh emas di negeri itu. Sang Penyair adalah al Imam al Kisa'i (w.189 H), Imamnya Nahwu asal Iraq.

Read More..

Kamis, November 01, 2007

Pantun dalam Kenangan......

Kapan Pertama kali mendengar pembacaan pantun? Kapan yah, rasanya udah lama sekali..... Dahulu..... mungkin 20 tahun lalu, mungkin lebih (usia saya 25 skrg) masih teringat TVRI dulu suka nyiarin acara namanya "Berbalas Pantun". Isi format acaranya, ada dua tim terdiri 5 orang yang saling beradu pantun. Tiap satu anggota tim berpantun, dibalas tim lawan diiringi tepuk tangan penonton. Tentu masyarakat Indonesia banyak yang nonton yah saat itu, abis TV yang ada khan cuman TVRI doang.
Kmana acara itu sekarang, entahlah? Rasanya sudah tidak menarik dengerin pantun-pantun, syair, petatah-petitih atau apalah namanya dibanding nonton acara sekelas MamaMia ato sinetron model Cinta Fitri.
Kekaguman saya terhadap syair dan pantun justru ketika berada di Pulau seberang 3 tahun lalu, tepatnya di Pontianak. Setelah puas dijamu dengan bermacam2 hiburan dan jalan-jalan dari panitia Lomba Karya Tulis di Universitas Tanjung Pura, Pontianak, tibalah saya dan kawan2 peserta lomba disuguhi hiburan penutup, pembacaan pantun!!!! alamaaaaaak
Dahsyatnya pembacaan pantun oleh salah satu mahasiswa Untan tersebut tanpa bantuan teks selama 10 menit, ruuuuuaaaaaarrrr biasaaaaaa. Peserta yang hadir terheran-heran dengan kemampuannya mengolah kata dengan mengakhiri seluruh rangkaian bait dengan satu akhiran, diperindah dengan logat melayu tentunya. Usai pembacaan semua melakukan "standing ovation" cukup lama, kami benar-benar terhibur.
Tapi ternyata memang masyarakat disana ternyata biasa menggunakan ungkapan2 pantun dalam kesehariannya, sebagaimana dilakukan petinggi2 rektorat kampus ketika menyambut peserta lomba dalam muqaddimahnya. Suatu hal yang langka bagi orang yang tinggal di Ibukota negara, kota yang tanpa basa-basi, hajar sana-sini, straight forward ato apalah.
betulkah????? Ga juga, ternyata orang-orang pribumi ibukota-dalam kurung Betawi-juga jago-jago pantunnya. Memang sudah cukup langka liat atraksi pantun betawi, tapi kalo mujur kita masih bisa nikmatin tiap hadir di resepsi nikahan ala Betawi, pasti ada pantunnya. Pantunnya ngga sembarang pantun kayak pantun melayu, tapi lebih khan.... pantun jenaka!!!! Asli bener-bener lucu, ngga garing..... bahkan pelawak2 kayak Patrio tuh sering banget berpantun jenaka, termasuk juga si Tukul di 4 Mata.
Buah nangka buah Kedondong
Godain kita Dong..............
(halah, standar bgt sih bos)

Yah kayak gitu2 lah, sambung lagi nanti yah, insyaAllah

Read More..

Goresan Pertama


Ini tulisan pertama blog Sastra Adab.....

Maunya sih khusus isinya buat kumpulan Karya Sastra Pantun baik karya sendiri maupun Nusantara yang menarik. Saya gunakan juga istilah "adab" karena untuk kembali kali pertama saya belajar sastra adalah dalam kuliah Bahasa Arab untuk mata kuliah Adab. Dalam bahasa Arab, Adab tuh artinya Sastra (disamping punya arti lain, yaitu adab sebagaimana arti dalam bahasa Indonesia). So.... sambil mengingat2 kembali asyiknya belajar pantun2 arab, saya akan menuliskannya supaya terjaga, bukankah ilmu itu diikat dengan ditulis?

Pantun merupakan satu puisi Melayu sejati dan digunakan untuk mengambarkan pelbagai keadaan dan kegunaan seperti melahirkan perasaan sedih, gembira, rindu, berkasih dan memberi nasihat. Pantun juga boleh diguna secara berbalas-balasan di majlis seperti peminangan, perkahwinan dan di dalam rancangan radio. Pantun juga boleh dinyanyikan seperti mana lagu Rasa Sayang, Sri Mersing dan lain-lain. Pantun juga dibaca sebagai mentera dalam sesetengah jampi serapah yang diamalkan oleh pawang dan dukun dalam perubatan traditional. (Muhamed Yusri Muhamed Young)

alkisah.... duluuuuuuuu pas zaman2 jahiliyah, bangsa arab tuh terkenal banget dengan Sastranya, terutama syair2 Arab. Bangsa Arab kuno sering mengadakan perlombaan adu syair di sebuah Pasar yang sangat terkenal saat itu, namanya Pasar Ukadz. Orang-orang berlomba2 membuat syair sehingga siapapun yang syairnya memukau banyak orang maka si empunya syair bakalan langsung kesohor ke seantero Arab Quraisy.

Keadaan ini berlangsung hingga zaman nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wa sallam, hanya saja beliau kurang menyukainya. Orang-orang musyrik - dan banyak orientalis- menuduh bahwa Rasulullah banyak belajar syair sehingga dipakai dalam membikin2 Al-Qur'an, padahal bahasa Al-Qur'an jauh lebih "dalam" dan lebih "kuat" sastranya dibanding bikinan penyair terbaik sekalipun. Menunjukkan Al-Qur'an tidak bisa disandingkan dengan syair2 buatan manusia. Rasulullah memiliki ahli syair khusus untuk membalas ejekan2 ahli syair musrik, yaitu Hassan bin Tsabit.

Ciri khas syair Arab adalah susunannya yg qafiyah, bersajak, memiliki bunyi akhir sama, dan umumnya didahului ungkapan2 sebelum masuk ke bait tujuan.

Syair gaya arab kuno ini diadaptasi oleh para sastrawan melayu muslim dan ulama2 Indonesia. Mereka biasa menulis dan berbicara disisipi syair2 dan pantun2 indah yang iramanya mirip dengan gaya syair arab, yaitu memiliki sajak, bunyi akhirannya sama, berbait-bait.

Kliatannya di Indonesia dikembangkan lagi, tidak hanya cukup perdua bait sebagaimana layaknya syair, tapi jadi per empat bait, jadilah dia pantun.

Contoh yang mashyur adalah :-

Banyak udang banyak garam,
banyak orang banyak ragam.

Sudah garahu cendana pula,
sudah tahu bertanya pula.


Contoh lain adalah :-

Berakit-rakit kehulu,
berenang-renang ketepian,
bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian.


tulisan berikutnya, insyaAllah lebih banyak memuat pantun2, dan saya akan coba menulis buatan saya sendiri juga, insyaAllah....

Read More..