Sabtu, September 06, 2008

Perahu Terombang-Ambing [ 2 ]

Suatu siang bulan Mei, 5 bulan tanpa status kerja….Dibalik sebuah layar komputer…
“Zic, si XXXX pesan…. Katanya antum orang yang telah memutus silaturahim”

Hah…. Kurang ajar!!! Apa pula maksudnya ini, apa sih yang dicari Mr. XXX ini? Mo cerita kalo dia dah merit, dah punya anak lucu-lucu, bentar lagi ditarik perusahaan asing dengan gaji 9 digit seperti yang sudah-sudah?


Benar-benar teman yang baik…. Apa pula gunanya ngaji…. Hafal hadits-hadits akhlak, hafal banyak ayat qur’an? Begini cara muamalah ikhwan-ikhwan zaman sekarang…. Koq gak paham-paham juga kenapa saya tidak tertarik mendengarkan ketawa-ketawa mereka sedang hati kita teriris menangisi nasib. Takjub, ikhwan-ikhwan model begini bertebaran dimana-mana.


Benar-benar cara empati yang luar biasa…. luar biasa membunuh dan menyayat….Sudah jatuh tertimpa tangga harus juga dengerin orang cerita kesuksesan dirinya, kebahagiaannya.... gembira tanpa peduli saudaranya menangis.....


Rasanya koq beda benar dengan teman-teman adikku, yang rata-rata anak gaul, ngga pernah nempelin kaki ditempat ngaji, solat juga wallahu a’lam…. Tapi mampu berempati dan memaknai kehidupan temannya.


Teringat ketika wafat almarhum ayahku, tidak seorang pun dari temanku yang hadir takziyah. Bukankah besar pahala takziyah itu??? Jangankan takziyah, sms duka cita pun tidak, padahal aku bukanlah orang yang sulit dihubungi, bukan pula pecundang yang berharap belas kasih orang…..

Sepertinya lima tahun di ITB sudah salah bergaul… bergaul dengan manusia-manusia yang sibuk dengan quran hadits, tapi bagaimana quran hadits itu mengajarkan muamalah tidak separo pun nempel ke kepala mereka. Padahal sebagian mereka tinggal di Jakarta juga… padahal Mr. XXX tadi pun tahu dan hadir, tapi hal ini tidak sedikit pun menggerakkan hatinya untuk menghibur kawannya, membesarkan perasaannya, bahkan tidak juga memberitahukan kawan-kawannya. Baginya ini cuma peristiwa biasa, kelahiran dan kematian silih berganti, setiap orang harus menghadapi. Ngga usah lah terlalu turut campur cerita-cerita ke orang-orang.


Kontras benar dengan teman adik-adikku. Mereka rela bolos kuliah, bolos kerja, demi mengantarkan kami hingga ke pemakaman, turut serta mengangkut dan mengubur. Semoga Allah membalas anak-anak baik ini.


Padahal mereka bukan anak-anak mesjid… potongan pun lebih mirip dandanan orang barat yang ngga karuan. Pelajaran penting, Jangan melihat orang dari lahirnya… Don’t Judge a book by the cover!!!


Bisa aja penampilan barat klakuan kayak para sahabat….

Dan ngga sedikit yang potongan kayak malaikat tapi muamalah tetap kayak setan…


Cam kan itu Zico!


………….

Tiga tahun berlalu, kandas sudah cita-cita ku, melayang pula tawaran berumah tangga, plus bumbu-bumbu tak sedap kelakuan orang-orang yang mengaku sedarah. Besok aku akan mulai mengajar lagi… mudah-mudahan awal yang baik dari sesuatu yang baik…


Sudah kututup masa lalu, takkan kugali kuburan orang tua ku dan menarik jasadnya, biar tenanglah mereka disana. Inilah balasan orang durhaka, kuterima semua sebagai penghapus dosa, Amien.

PenaNya telah diangkat...

Dan tintaNya pun telah mongering...


Selamat datang adik-adikku tercinta, aku akan mengajarkan kalian apa yg pernah aku pelajari dulu. Semoga kalian mampu melebihi aku sebagaimana aku dahulu mampu menguasainya.


Pelajaran bahasa arab yang akan kita bahas ini berakar pada sejarah ribuan tahun lalu, tatkala nabi muhammad belum lah disebut nabi, Abdul Muthalib belumlah dia menikahikan Abdullah dengan Aminah. Hari itu seperti hari-hari biasanya, orang-orang berkumpul disuatu pasar, dinamai orang Pasar Ukadz. berkisah peri kehidupan bangsa mereka, disyair satu kisah, disambut penyair lain, dibalas si fulan, ditangkis si fulanah, diangkat derajat orang-orang mulia, dihina martabat kaum durjana, itulah awalnya sastra dan adab.


Dikarang orang seribu satu syair, dirayu gadis-gadisnya, dibelai anak kecilnya, diucap mantra-mantranya, keluarlah keluhuran budi dan kekuatan hati, watak dari bangsa arab yang utama. Tertulis dalam buku-buku tarikh yang mulia, sebab musabab turun junjungannya yang setia, dalam yatim dan piatu tiada berkata, kecuali amal maka disebut dia Al-Amin.


Tertutuplah pintu-pintu langit, dari arah manapun mereka terjepit, itu lah bala tentara jin ifrit, mencuri dengar sabda Tuhan tiada muhith,


“Dan kami dahulu punya tempat-tempat untuk duduk-duduk di langit sambil mencuri dengar pembicaraan langit. Maka siapa yang berusaha mendengarkannya hari ini dia akan dikejar api meteor yang menyala-nyala” (Surah Al-Jin)


Maka dijadikan langit tertutup, api pun menyalak dengan keras, tanpa ampun membakar makhluk durhaka pencuri berita langit, wakil syaithan pembisik para penyihir dan dukun, karena wahyu telah turun, dalam bahasa arab yang fasih lagi santun,


Terbelalaklah mata orang-orang quraisy, ini bukanlah bahasa manusia, bahasa Tuhan yang berbicara dengan ungkapan arab yang jelas, maka matilah semua hujjah, kering semua daya, syair siapa hendak melawan syair Tuhan?


Dengarkan adik-adikku, quran kecil yang kita genggam hari ini, telah selamat sampai ke kita dengan darah dan air mata, sampai beserta bahasa arabnya yang kita tidak mengerti, bukan karena Tuhan bicara dengan pembicaraan membingungkan, tidak demikian insyaAllah, Tuhan ingin kita belajar bahasa arab…..


Maka dipahamlah oleh orang ungkapan shalat, padahal dulunya berarti doa, sekarang berarti perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shaum asalnya berarti menahan, maka sekarang artinya menahan diri dari makan dan minum dan hal-hal yang dilarang dari terbit hingga maghrib. Dan syahadat, dulu artinya melihat, sekarang bermakna “aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah rasul Allah”


Tekunlah kalian belajar adik-adikku, sebagaimana Abu Daud teguh dalam belajar…. Abu Daud As Sijistani, dari Sijistan…. Bukan orang arab… seperti kita juga

Imam Al Bukhari, penyusun kitab hadits paling shahih, lahir di Bukhara, daerah Rusia…. pun bukan orang arab….Imam As Sibawaih, Imamnya nahwu gramatikal bahasa arab, ternyata tidak pula berdarah arab…


Tahukah kalian apa makna kitab, mati, mistar, kursi, madrasah, sabun, kimia, doa, bahkan senin, selasa, rabu, ahad… bukankah semua bahasa arab?


Ternyata dahulu nenek moyang kita biasa berbicara dengan bahasa arab, sebagaimana layaknya kita bicara bahasa ibu kita sekarang… maka bekas-bekas itu masih kita dapati hingga hari ini. Jika cinta kita pada bahasa Tuhan telah mengalahkan jemu dan penat kita, maka kita akan memenangkan buah kemahiran berbahasa.


Jika sampai waktumu disana adik-adikku, kau akan pahami maknanya shalat, engkau akan menangis setiap mendengar ayat-ayat azab,siksa para pengingkar dan ‘inad, dan engkau akan tersenyum terhadap kenikmatan ahli surga jannatun naim, janji Allah bagi siapa yang shaim, yang wanginya melebihi kesturi, bidadarinya ialah huurun ‘iin, diminumkan rahiqum makhtum, maka berlomba-lomba lah mereka yang paham,

5 komentar:

Anonim mengatakan...

kenalan dulu bro. walau belum sepenuhnya mudeng inti dari postingan ini, tapi saya akan.........membacanya lagi!
:D

Anonim mengatakan...

knapa ga dilengkapi syair lagunya Doel Soembang?

Jangan berkata TIDAK
Bila kau jatuh cinta
Terus terang sajalah
Buat apa berdusta

Cinta itu anugerah
Maka berbahagialah
Sebab kita sengsara
Bila tak punya CINTA

Komen atas tulisan: jd ingat lagunya Siti Nurhaliza yg salah satu bait liriknya,

Tak kan mungkin kita bertahan
Hidup dalam kesendirian
Panas terik, hujan badai
Kita lalui bersama
Saat hilang arah tujuan
Kau tahu kemana berjalan
Meski terang, meski gelap
Kita lalui bersama

tul ga?

Anonim mengatakan...

hmm..tulisan yg sama yg sring ingin saya tuliskan..hny saja... sy hanya mampu menulisnya di alam pikiran saya saja...

mngenai perbedaan 'empati' org yg sdh ngaji dan tidak...wallahu a'lam..mdh2an sy yg salah...

smg Allah membalas kebaikanmu ka Zico...

ncoet mengatakan...

setahuku tali silaturahim kan klo ada hubungan kekerabatan. nanti klo ada lg yang pernah bilang ke kita klo kita udh mutusin tali silaturahim, langsung aja dikomentari bodo amat emang ente keluarga gw :D

ali mengatakan...

tulisan yg menyentuh dude, aq pun pernah merasakan yg demikian. Menganggap mereka yang ngaji lebih segala2nya dari org awam.

Ini kadang bisa membuat ironi, tapi itu semua dikembalikan kepada pribadi orang dan over-expectation dari kita.