Rabu, November 07, 2007

Muda itu emas.......

There's a lady who has sure, all that glitter is gold
and she's buying a stairway... to heaven
Mendengar kata "emas" ingatan saya melayang ke salah satu lirik lagu milik grup Rock legendaris era '70-an, Led Zeppelin, bertitel Stairway to Heaven. Lagu yang jadi masterpiece Led Zeppelin ini konon sarat makna dan sangat puitis sehingga menimbulkan interpretasi aneh-aneh bagi pemujanya. Dengan durasi lagu mencapai 8 menit (cukup lama untuk sebuah lagu) sebagian penikmat musik mencoba menganalisa liriknya. Ada yang mencoba membalik lagu menjadi mundur ke belakang, maka terdengar Robert Plant, vokalis Led Zeppelin, seperti mengucapkan kata-kata, "here my sweet Satan". Hiiiiiiiiiiii
Tentu tulisan ini bukan bermaksud membahas band yang bubar tahun '80 ini, bahkan tidak ada kaitannya sama sekali. Justru yang akan mendapat tempat pada goresan saya saat ini ialah kepemudaan. Apa yang terlintas di kepala ketika mendengar kata "Muda"?
Labil, penuh emosi, cinta monyet, stubborn, currious, eager to learn every something new, petualangan, mudah terpengaruh, terobsesi, menuruti kata hati...... or.... or..... or seperti liriknya Slank:
Kecil suka-suka, Muda terkenal
Tua kaya raya, Mati masuk sorga
Manusia dengan mudanya, secara umum tidak jauh dengan satu dua atau lebih dari kata-kata diatas. Pemuda melihat orang yang lebih "senior" sukses, maka darah mudanya bergejolak dan hatinya berteriak "Aku harus sukses seperti dia.... lebih sukses". Maka dia menyusun strategi yang terkadang membabi-buta to get bigger and bigger and bigger. Mengapa membabi-buta? Karena banyak dari mereka lupa bahwa kesuksesan senior-senior mereka diraih dengan jalan panjang, kadang berliku-liku dan tak jarang berdarah-darah.
Banyak pula yang suka latah dan ikut-ikutan, pas tren rambut cepak ikutan cepak, rambut moak (make up-slank) ala punk naek daun ikutan dimoak. Minimnya pengalaman hidup menjadikan pemuda menjadikan figur di dekatnya sebagai panutan, seiring bertambahnya usia mereka akan semakin wise dan sadar malah terkadang menyesal kemudian...... menyesal atas kesia-sian.
Tidak..... bukan muda itu yang saya maksud. Pemuda-pemuda emas adalah pemuda-pemuda ajaib yang mencapai reputasi tertingginya justru ketika masih usia muda. Pemuda-pemuda yang "lepas" dari mainstream stereotip kepemudaan yang identik dengan hal-hal minor diatas. Pemuda-pemuda yang stabil, memiliki visi dan misi serta falsafah, konsisten, dan pantang menyerah.
Pada masa kini bolehlah misal saya sebut nama Hendy Setiono, pemilik dan pendiri perusahaan Franchise Babarafi dengan usianya baru menginjak 23 tahun menghantarkannya sebagai Juara Umum Enterpreneur under 25 se Asia Pasific. Atau mungkin yang lebih sakti seperti Bill Gates, bos Microsoft, mampu melibas raksasa komputer dunia seperti IBM diusia belum mencapai kepala tiga dan bertahta sebagai orang paling kaya selama lebih dari satu dasawarsa.
Bahkan lebih jauh lagi, jika membolak-balik buku sejarah para khalifah maka akan kita dapati banyak sekali khalifah dan para pemimpin yang memegang tampuk pemerintahannya diusia baru menginjak 20 tahun, bahkan belasan. Ajaibnya, mereka mampu menunjukkan kegemilangannya dalam memimpin negeri, menumpas pemberontak, bahkan menaklukkan negeri-negeri yang memiliki pertahanan tangguh. Bayangkan dengan pemimpin sekarang yang umumnya baru memegang tampuk kepemimpinan paling cepat menjelang umur 50-an.
Pun juga pada ulama'-ulama' terdahulu, Ibnu Taymiyah menjadi mufti sebelum usia 20 tahun. Para imam-imam ahli hadits menempuh jarak puluhan ribu kilometer meninggalkan keluarga dan sanak saudaranya, menembus padang pasir dan lautan serta keganasan perompak masa silam....... juga di usia belasan tahun. Imam an Nawawi, wafat pada usia muda 43 tahun dan belum sempat menikah, meninggalkan ratusan karangan dan kitab-kitab berharga dalam bidang tafsir, hadits, sastra, aqidah, fiqh, nahwu dan lain-lain.
Sebetulnya apa yang dimiliki orang-orang terdahulu sehingga mereka bisa mencapai kematangan berfikir lebih cepat melebihi kebanyakan manusia saat ini?
Yah tentu saja, mereka adalah manusia yang menghargai waktu dan tidak membiakan waktunya berlalu sia-sia. Dengan mengorbankan waktu dimana kebanyakan manusia pada seumur pemuda-pemuda emas ini masih berkutat dengan main-main dan senda gurau, mereka melipat waktunya dengan berjuang dan menuntut ilmu hingga bisa setara dengan orang-orang yang mencapai kejayaan di usia senja.
Tulisan ini saya akhiri dengan sebuah kisah dialog antara Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah dengan seorang anak. Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu icon bagi keadilan dan kelemah lembutan Islam. Kisahnya memenuhi lembaran sejarah keutamaan pemimpin yang lurus. Padahal beliau hanya sempat menjabat khalifah bani Umawi selama 2 tahun setengah dan akhirnya wafat pada usia muda 39 tahun.
Tatkala Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, maka menghadaplah para utusan kepadanya. Maka datanglah utusan kaum Hijaz, lalu majulah salah seorang anak hendak berbicara kepadanya. Maka Umar berkata :

يَاغُلامُ، لِيَتَكَلَمْ مَنْ هُوَ أَسَنُّ مِنْكَ

"Wahai anak kecil, hendaknya yang berbicara itu orang yang lebih tua darimu"

Maka dijawab: "
Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya yang kecil dari seseorang itu cuma 2, hatinya dan lidannya. Jika Allah menganugerahkan hambanya lidah yang yang fasih dan hati yang senantiasa terjaga, maka dia berhak untuk bicara. Sekiranya suatu urusan itu harus dikaitkan dengan usia, niscaya ada yang lebih berhak untuk duduk ditempat anda saat ini."

Maka takjublah Amirul Mukminin dengan jawaban anak tersebut, lantas beliau bersyair :

تَعَلَّمْ فَلَيْسَ اْلمَرْءُ يُولَدُعَالِمًا

وَلَيْسَ أخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاحِلُ

وَ إِنَّ كَبِيْرَاْلقَوْمِ لَاعِلْمَ عِنْدَهُ

صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلَيْهِ الْمَحَافِلُ

Ketahuilah, tidaklah seseorang itu terlahir dalam keadaan pandai
Dan tidak pula sama pemilik ilmu dengan orang jahil
Adapun petinggi kaum yang tidak berilmu
Maka akan merasa rendah jika orang-orang berkumpul memperhatikannya

Di jawab oleh si anak : "Kami adalah rombongan yang hendak mengucapkan selamat kepada anda. Kami tidaklah didahului rasa takut maupun keinginan terhadap sesuatu, karena kami telah merasakan rasa tentram selama engkau memerintah kami dan kami pun telah memperoleh apa yang kami cari".

Berikut akan datang penjelasan singkat syair Amirul Mukminin, Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, InsyaAllah......

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bagus akhee, tapi depannya gak usah kasih teks2 lagoe.
Ada syair lagi dari imam syafii (mungkin teksnya salah, tapi ana pernah dengar seperti ini):

رأيت العلم صاحبـه كريـم...ولـو ولدتـه آبـاء لـئـام
وليس يزال يرفعـه إلـى أني...عظم أمـره القـوم الكـرام
ويتبعونـه فـي كـل حـالٍ...كراعي الضأن تتبعه السـوام
فلولا العلم ما سعدت رجـال...ولا عرف الحلال ولا الحرام