Jumat, November 23, 2007

Syair Umar ibn Abdul Aziz

Penjelasan kata-kata :
تَعَلَّمْ : ketahuilah, ilmuilah
يُولَدُ : dilahirkan,
sebagaimana dalam ayat QS. Al Ikhlas }لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ{
(artinya : Tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan)
كَبِيْرَاْلقَوْمِ : petinggi (sesepuh) kaum, sebagaimana dalam ayat QS. Yusuf قَالَ كَبِيرُهُمْ أَلَمْ تَعْلَمُوا (artinya : Berkatalah yang tertua diantara mereka: "Tidakkah kamu ketahui.......)
الْمَحَافِلُ :majlis, perkumpulan orang-orang

Ta'rif penyair :
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz, merupakan salah satu khalifah bani Umayah yang memerintah pada masa satu abad setelah Hijrah. Beliau-rahimahullah- merupakan simbol kebaikan dan keadilan dimasanya dan masa-masa setelahnya. Beliau mengembalikan hak-hak manusia yang dirampas para pemimpin pendahulunya. Sebelumnya Umar ibn abdul Aziz dikenal sebagai seorang yang hidup dibawah kemewahan raja-raja bani Umayyah. Dihikayatkan bahwa sebelum menjabat sebagai khalifah menggantikan Abdul Malik ibn Marwan, beliau merupakan orang yang gemuk besar dan biasa berjalan di tengah manusia dengan angkuhnya. Wangi parfumnya tercium hingga jarak sekian demi sekian. Beliau juga marah jika gaya jalannya dengan kain yang menyeret tanah (isbal) dikritik para ulama' karena melanggar syariat nabi.
Sikapnya berubah 180 derajat setelah dilantik menjadi khalifah. Beliau hidupkan kembali sunnah-sunnah nabi dan memuliakan para ulama'. Beliau memerintahkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam, pembukuan (tadwin) hadits-hadits nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. Penyusunan dilakukan oleh Imam Muhammad bin Syihab Az Zuhri, ahli hadits terkemuka saat itu.
Beliau wafat kurang lebih setelah dua tahun setengah memimpin umat Islam pada usia 39 tahun, rahimahullah.

Penjelasan syair :
Penyair-Umar bin Abdul Aziz- mengajak para hadirin untuk memperhatikan perkataannya. Beliau mengungkapkan bahwa tidak seorang pun terlahir ke dunia dalam keadaan pandai. Begitu pula saudara yang memiliki ilmu tidaklah sama dengan orang-orang jahil.
Adapun para sesepuh kaum maupun orang-orang yang dituakan masyarakat tetapi tanpa diiringi dengan kepandaian dan ilmu yang memadai, maka dia akan merasa kecil dan minder jika orang-orang menghadapkan wajah mereka untuk mendengarkan kata-katanya.



0 komentar: