Hijau tampaknya Bukit Barisan
Berpuncak Tanggamus dengan Singgalang
Putuslah nyawa hilanglah badan
Lamun hati terkenal pulang
Gunung tinggi diliputi awan
Berteduh langit malam dan siang
Terdengar kampung memanggil taulan
Rasakan hancur tulang belulang
Habislah tahun berganti zaman
Badan merantau sakit dan senang
Membawakan diri untung dan malang
Di tengah malam terjaga badan
Terkenang bapak sudah berpulang
Diteduhi selasih, kemboja sebatang
(Kuplet Soneta M. Yamin....
Sesungguhnya ini merupakan pantun. Sutan Takdir Alisyahbana dalam "Puisi Lama" menyebut karya ini sebagai "Puisi Seni Sejati")
Rabu, Desember 17, 2008
Puisi Seni Sejati
Diposting oleh Hasan di 07.54 0 komentar
Rabu, Desember 10, 2008
Potong Hewan Kurban (A.K.A Potong Bebek Angsa)
Potong hewan kurban......(potong bebek angsa)
setahun sekali.....(masak dikuali)
sebagai kurnia.....(nona minta dansa)
syukur pada Allah.....(dansa emapat kali)
AllahuAkbar....AllahuAkbar.....(sorong ke kiri.... sorong ke kanan)
Potong hewan kurban sekarang juga...... (lalalalalalalalalalala)
Bait-bait diatas jika dinyanyikan grup nasyid ato band reliji, ato si Afghan misal, tentu tidak akan selucu dengan yang didendangkan Zafira. Zafira... gadis cantik usia dua setengah tahun, buah hati dari tetanggaku yang telah bersama kami di Meruya sejak 1985.
Ayahnya yang notabene temanku sejak kecil memasukkannya ke satu Playgroup Islam khusus balita. Jadilah celoteh anak cantik ini makin jadi dan makin berbobot sebagaimana lirik yang dinyanyikannya diatas.
"Zafira, siapa yang ajarkan lagu itu?"
"Bu Guru", ujarnya sambil tersenyum
"Siapa Bu Gurunya Zafira?"
Lagi-lagi gadis kecil ini menjawab dengan tariannya yang lucu seraya menyebut nama 3 guru-gurunya yang katanya semuanya baik dan cantik-cantik.
Tiada hentinya dia berdendang gembira demi melihat kambing-kambing yang jumlahnya 5 ekor itu diikat di pintu pagar rumahku.
Hari itu adalah hari raya kurban. Ayahnya, aku, dan beberapa warga turut serta berkurban tahun ini dan kami jadi panitianya.
Rupanya begitu besar perhatian guru-gurunya gadis kecil ini, sampai lagu legendaris "Potong Bebek Angsa" harus diaransemen ulang menjadi "Potong Hewan Kurban". Lagu yang lirik aslinya kurang nyambung dan kurang bertanggung jawab itu pun menjadi lirik lagu pendidikan Islam yang digubah khusus anak-anak. (Potong bebek angsa???? Apa bedanya bebek sama angsa? trus knapa pula si Nona harus diajak dansa-dansi demi bebek???)
Luar biasa cara guru-guru sekarang dalam mendidik anak dan menanamkan kecintaan pada Allah. Dan bahagianya melihat anak-anak itu bernyanyi riang dan melompat-lompat gembira melihat kambing-kambing yang siap dipotong.
Apa yang ada di alam pikiran mereka? Bernyanyi dan bergembira, tertawa melihat bentuk binatang berkaki empat yang mulai jarang terlihat di kota Jakarta, senang jika daun-daun yang mereka pegang dimakan oleh si kambing.
Aku cuma bisa membayangkan adik kecilku mungkin seperti ini pula ketika seusianya. Aku tidak sempat melihatnya tumbuh hingga usianya sekarang menginjak 10 tahun. Sejak hari pertama kelahirannya ditinggal mati ibunya, harus hidup jauh dari kakaknya.
Benar-benar gadis kecil yang tegar.... diumurnya yang belia sudah mengalami dua kali ditinggal pergi ibunya, ibu kandung dan ibu tiri, kemudian ayahnya, kemudian kakeknya yang bertahun-tahun tinggal bersamanya di Padang.
Tapi apalah yang dipikirkan anak kecil seusianya?
"Yola berdo'a ngga buat kakek?"
"Iyah.... Yola berdoa buat kakek, papa, sama mama", sahutnya via telepon.
Aku yakin dia lebih bahagia tinggal bersama kerabat kami di sana ketimbang harus hidup disini dengan kakak-kakaknya yang kebingungan mengurus dirinya sendiri. Sekalipun dia ingin supaya bisa berkumpul kembali suatu saat....
Selamat bersenang-senang disana gadis kecilku.... alam Jakarta yang keras disini belum mampu menghadirkan kebahagiaan sebagaimana yang layak bagi gadis lucu seperti dirimu....
Diposting oleh Hasan di 23.45 0 komentar
Sabtu, September 06, 2008
Perahu Terombang-Ambing [ 2 ]
Suatu siang bulan Mei, 5 bulan tanpa status kerja….Dibalik sebuah layar komputer…
“Zic, si XXXX pesan…. Katanya antum orang yang telah memutus silaturahim”
Hah…. Kurang ajar!!! Apa pula maksudnya ini, apa sih yang dicari Mr. XXX ini? Mo cerita kalo dia dah merit, dah punya anak lucu-lucu, bentar lagi ditarik perusahaan asing dengan gaji 9 digit seperti yang sudah-sudah?
Benar-benar teman yang baik…. Apa pula gunanya ngaji…. Hafal hadits-hadits akhlak, hafal banyak ayat qur’an? Begini cara muamalah ikhwan-ikhwan zaman sekarang…. Koq gak paham-paham juga kenapa saya tidak tertarik mendengarkan ketawa-ketawa mereka sedang hati kita teriris menangisi nasib. Takjub, ikhwan-ikhwan model begini bertebaran dimana-mana.
Benar-benar cara empati yang luar biasa…. luar biasa membunuh dan menyayat….Sudah jatuh tertimpa tangga harus juga dengerin orang cerita kesuksesan dirinya, kebahagiaannya.... gembira tanpa peduli saudaranya menangis.....
Rasanya koq beda benar dengan teman-teman adikku, yang rata-rata anak gaul, ngga pernah nempelin kaki ditempat ngaji, solat juga wallahu a’lam…. Tapi mampu berempati dan memaknai kehidupan temannya.
Teringat ketika wafat almarhum ayahku, tidak seorang pun dari temanku yang hadir takziyah. Bukankah besar pahala takziyah itu??? Jangankan takziyah, sms duka cita pun tidak, padahal aku bukanlah orang yang sulit dihubungi, bukan pula pecundang yang berharap belas kasih orang…..
Sepertinya lima tahun di ITB sudah salah bergaul… bergaul dengan manusia-manusia yang sibuk dengan quran hadits, tapi bagaimana quran hadits itu mengajarkan muamalah tidak separo pun nempel ke kepala mereka. Padahal sebagian mereka tinggal di Jakarta juga… padahal Mr. XXX tadi pun tahu dan hadir, tapi hal ini tidak sedikit pun menggerakkan hatinya untuk menghibur kawannya, membesarkan perasaannya, bahkan tidak juga memberitahukan kawan-kawannya. Baginya ini cuma peristiwa biasa, kelahiran dan kematian silih berganti, setiap orang harus menghadapi. Ngga usah lah terlalu turut campur cerita-cerita ke orang-orang.
Kontras benar dengan teman adik-adikku. Mereka rela bolos kuliah, bolos kerja, demi mengantarkan kami hingga ke pemakaman, turut serta mengangkut dan mengubur. Semoga Allah membalas anak-anak baik ini.
Padahal mereka bukan anak-anak mesjid… potongan pun lebih mirip dandanan orang barat yang ngga karuan. Pelajaran penting, Jangan melihat orang dari lahirnya… Don’t Judge a book by the cover!!!
Bisa aja penampilan barat klakuan kayak para sahabat….
Dan ngga sedikit yang potongan kayak malaikat tapi muamalah tetap kayak setan…
Cam kan itu Zico!
………….
Tiga tahun berlalu, kandas sudah cita-cita ku, melayang pula tawaran berumah tangga, plus bumbu-bumbu tak sedap kelakuan orang-orang yang mengaku sedarah. Besok aku akan mulai mengajar lagi… mudah-mudahan awal yang baik dari sesuatu yang baik…
Sudah kututup masa lalu, takkan kugali kuburan orang tua ku dan menarik jasadnya, biar tenanglah mereka disana. Inilah balasan orang durhaka, kuterima semua sebagai penghapus dosa, Amien.
PenaNya telah diangkat...
Dan tintaNya pun telah mongering...
Selamat datang adik-adikku tercinta, aku akan mengajarkan kalian apa yg pernah aku pelajari dulu. Semoga kalian mampu melebihi aku sebagaimana aku dahulu mampu menguasainya.
Pelajaran bahasa arab yang akan kita bahas ini berakar pada sejarah ribuan tahun lalu, tatkala nabi muhammad belum lah disebut nabi, Abdul Muthalib belumlah dia menikahikan Abdullah dengan Aminah. Hari itu seperti hari-hari biasanya, orang-orang berkumpul disuatu pasar, dinamai orang Pasar Ukadz. berkisah peri kehidupan bangsa mereka, disyair satu kisah, disambut penyair lain, dibalas si fulan, ditangkis si fulanah, diangkat derajat orang-orang mulia, dihina martabat kaum durjana, itulah awalnya sastra dan adab.
Dikarang orang seribu satu syair, dirayu gadis-gadisnya, dibelai anak kecilnya, diucap mantra-mantranya, keluarlah keluhuran budi dan kekuatan hati, watak dari bangsa arab yang utama. Tertulis dalam buku-buku tarikh yang mulia, sebab musabab turun junjungannya yang setia, dalam yatim dan piatu tiada berkata, kecuali amal maka disebut dia Al-Amin.
Tertutuplah pintu-pintu langit, dari arah manapun mereka terjepit, itu lah bala tentara jin ifrit, mencuri dengar sabda Tuhan tiada muhith,
“Dan kami dahulu punya tempat-tempat untuk duduk-duduk di langit sambil mencuri dengar pembicaraan langit. Maka siapa yang berusaha mendengarkannya hari ini dia akan dikejar api meteor yang menyala-nyala” (Surah Al-Jin)
Maka dijadikan langit tertutup, api pun menyalak dengan keras, tanpa ampun membakar makhluk durhaka pencuri berita langit, wakil syaithan pembisik para penyihir dan dukun, karena wahyu telah turun, dalam bahasa arab yang fasih lagi santun,
Terbelalaklah mata orang-orang quraisy, ini bukanlah bahasa manusia, bahasa Tuhan yang berbicara dengan ungkapan arab yang jelas, maka matilah semua hujjah, kering semua daya, syair siapa hendak melawan syair Tuhan?
Dengarkan adik-adikku, quran kecil yang kita genggam hari ini, telah selamat sampai ke kita dengan darah dan air mata, sampai beserta bahasa arabnya yang kita tidak mengerti, bukan karena Tuhan bicara dengan pembicaraan membingungkan, tidak demikian insyaAllah, Tuhan ingin kita belajar bahasa arab…..
Maka dipahamlah oleh orang ungkapan shalat, padahal dulunya berarti doa, sekarang berarti perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shaum asalnya berarti menahan, maka sekarang artinya menahan diri dari makan dan minum dan hal-hal yang dilarang dari terbit hingga maghrib. Dan syahadat, dulu artinya melihat, sekarang bermakna “aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah rasul Allah”
Tekunlah kalian belajar adik-adikku, sebagaimana Abu Daud teguh dalam belajar…. Abu Daud As Sijistani, dari Sijistan…. Bukan orang arab… seperti kita juga
Imam Al Bukhari, penyusun kitab hadits paling shahih, lahir di Bukhara, daerah Rusia…. pun bukan orang arab….Imam As Sibawaih, Imamnya nahwu gramatikal bahasa arab, ternyata tidak pula berdarah arab…
Tahukah kalian apa makna kitab, mati, mistar, kursi, madrasah, sabun, kimia, doa, bahkan senin, selasa, rabu, ahad… bukankah semua bahasa arab?
Ternyata dahulu nenek moyang kita biasa berbicara dengan bahasa arab, sebagaimana layaknya kita bicara bahasa ibu kita sekarang… maka bekas-bekas itu masih kita dapati hingga hari ini. Jika cinta kita pada bahasa Tuhan telah mengalahkan jemu dan penat kita, maka kita akan memenangkan buah kemahiran berbahasa.
Jika sampai waktumu disana adik-adikku, kau akan pahami maknanya shalat, engkau akan menangis setiap mendengar ayat-ayat azab,siksa para pengingkar dan ‘inad, dan engkau akan tersenyum terhadap kenikmatan ahli surga jannatun naim, janji Allah bagi siapa yang shaim, yang wanginya melebihi kesturi, bidadarinya ialah huurun ‘iin, diminumkan rahiqum makhtum, maka berlomba-lomba lah mereka yang paham,
Diposting oleh Hasan di 23.39 5 komentar
Jumat, September 05, 2008
Perahu Terombang-Ambing
Nun beberapa bulan lalu, setelah awal hari pertama tahun ini aku terpaksa mengundurkan diri tanpa hormat dari sebuah perusahaan yang tanpa dosa menginjak harkat manusia, merupakan kali kesekian harus mengulang kisah sedih perjuangan manusia yang ditinggal pergi induknya. Alhamdulillah ‘ala kulli hal… segala puji bagi Allah atas segala sesuatu…
Sungguh sampai detik ini aku belum paham apa rencana Tuhan dibalik semuanya…. Lagi-lagi aku harus memupuskan mimpiku untuk merintis masa depan sebagaimana layaknya orang-orang seusiaku. Kandas sudah rencana, hampir mati putus asa kehabisan nafas. Bukan nafas biasa, tapi nafas kehidupan yang memompa manusia untuk melanjutkan misi yang diembannya. Kata Doel Sumbang :
Cinta itu anugerah maka berbahagialah
Sebab kita sengsara bila tak punya cinta
Benar sekali, lagu merupakan ungkapan jiwa yang paling jujur. Bertahun-tahun hidup tanpa keluarga, punya “anak-anak tanggungan” tapi koq single parent, ga punya teman…. Yang pernah jadi teman banyak, tapi cuma teman dalam suka yang menganggap kita ngga ubahnya habis manis sepah dibuang, teman yang kalo duka dia nafsi-nafsi….. kita urus diri kita masing-masing, berkawan dengan bayang-bayang. Plus kesendirian multidimensi, ga punya sanak sodara, sedarah banyak tapi koq ngga beda sama penyamun. Maka kembalilah aku pada kebiasaan lamaku, berjalan kaki malam hingga larut. Kebiasaan yang aneh memang, buat orang yang temannya adalah kesendirian, nyanyiannya adalah kesedihan, dan mimpinya selalu bersama kuburan.
Mungkin begini cara tuhan mendidik hambanya, sebagian hambanya yang durhaka dan banyak maksiat diuji dengan kehilangan dan kesendirian, terampas kebahagiaannya, tercerabut angan-angannya dari singgasana langit. Laksana menara gading, mendongak meraih langit tidak sampai… tapak kaki pun tidak menyentuh bumi. Bumi mana sudi menerimanya.
Dalam kesedihan tanpa pegangan, masih bisa kupenuhi permintaan adikku yang masih kecil. “Kak, mana hadiahnya? Yola mau naik sepeda bareng temen-temen?”
“Emang Yola bisa naik sepeda”, sentilku sekalian berpikir seakan lupa umurnya sudah hampir genap 10 tahun sejak hari pertama kemunculannya telah ditinggal mati Ibunya, anak yang malang.
“Mau sepeda apa, coba tanya tante disana harganya berapa nanti Abang kirim ke Padang”. Ngga usah lah anak ini tahu Abangnya habis di-PHK. Duitnya dari mana dan dengan apa aku harus makan besok terserah Tuhan saja.
Tak lama muncul sms dari tanteku yang mengasuhnya di Padang, “Sepeda anak harganya 900 ribu, tolong transfer ke rekening tante”. Astaghfirullah, terakhir kapan aku beli sepeda? Oh yah, ayahku belikan sepeda 15 tahun lalu, harganya Rp. 200 ribu. Lemas sudah…..
Selang beberapa waktu kemudian, adikku yang ngga selesai-selesai kuliahnya sejak 2002 meminta dibelikan komputer. Ah… ngga usah lah dia tahu aku sudah 4 bulan nganggur. Patungan dengan tabungan adikku yang masih kuliah di UIN, terkirimlah hampir 2 juta. Mati rasa!!!!
Sudah berapa rupiah aku investasikan demi kuliahnya yang menginjak 6 tahun ini bisa selesai. Cuma jurusan pertanian, kenapa harus 6 tahun???!!!!
Makan dari mana sekarang? Masih ada teman-teman kecil yang jauh dimata dekat dihati menolong. “Zic, ente mau ngajar ngga? Tapi jauh di Pamulang”
Pamulang???!!! Meruya – pamulang ??!!Waktu tempuh 3 jam, setara Bandung – Tasik,… 3 kali pindah angkutan dan akhirnya di tempat tujuan dijemput karena rumahnya jauh.
“OK, jam berapa jadwalnya?” Ujarku siap untuk apapun selama judulnya Halaal.
Jumlahnya tidak besar, ngga sebanding dengan ongkos transport dan lelah yang luar biasa di perjalanan. Begini cara Tuhan membalas kedurhakaan hambanya…
“Assalamu’alaikum” ujarku sambil masuk ke rumah murid yang pandai ini. Rumahnya sederhana tidak terlalu besar, orangtua anak ini terlihat sangat cerah dan bahagia menyambutku.
“Silakan masuk nak Zico, kamu kelihatannya lebih layak buat jadi pengajar ngajinya Bayu daripada pengajar bimbel”, Bapak si Bayu ini sepertinya terkesan denganku, mungkin dia cuma menilai lahiriyahku saja. Aku pun terlupa dengan statusku yang mantan konsultan IT tapi banting stir ngajar bimbel. Kunikmati tugas ini...
Murid yang kuajar inipun ternyata cukup pandai menangkap pelajaran, cita-citanya adalah bisa kuliah di Teknik Perminyakan ITB. Dia anak akselerasi, cuma dua tahun berhak ikut SPMB. Alhamdulillah anak ini terdidik dari keluarga yang saleh dan ridha pada ketentuan Tuhan. Benar-benar bahagia lihat keluarga seperti ini, ada kehangatan, cinta dan kasih sayang, kontras benar dengan kehidupanku.
Setiap selesai belajar hidangan makan selalu siap. “Nak Zico, ayo makan malam dulu”… “Duh, tante koq repot-repot”, awalnya aku menolak karena segan, sudah dibayar koq minta makan juga.
Makanan disana berbeda, khas rasa buatan seorang ibu…. Meskipun bumbunya tidak beda dengan yang biasa aku hadapi di warung makan tapi tetap saja… bukan makanan biasa.
Berbulan-bulang ngajar bimbel dengan penghasilan ala kadarnya tapi bahagia, menghadapi manusia yang bahagia. Andai…. Semua ini tidak harus dinilai dengan uang, tentu aku mau ngajar terus-terusan, mendidik orang supaya lebih pintar dari kita. Berenti dari kerjaan kantoran yang penuh tipu daya, sikat sana-sikat sini, suap sekian juta dapat sekian M.
Aku sibukkan waktu luangku untuk membaca buku-buku sastra dan sejarah, aku sempatkan ditengah perjalanan turun di kampus UIN, pergi ke perpustakaannya dan membaca sebagaimana kebiasaanku dulu.
Ya Allah, jadikan aku pengajar saja…. Ilmu yang bermanfaat terus bertambah pahalanya sekalipun setelah masuk liang kubur. Aku ga betah jadi pengejar dunia, lompat satu kantor pindah lagi cari yang lebih baik…. Begitu terus….
Dan akhirnya perpisahan pun menjadi sunnatullah, hari terakhir bulan April, hari terakhir mengajar. Nganggur lagi….
Aku terus berpikir tentang masa depan, dan masa lalu. Aku…. Bagian masa lalu yang harus menghadapi masa depan. Ingin kucium kuburanku, kuhampiri alam orang tuaku, kutemui nenekku tersayang, Bang Walto,….. mereka semua melayang melambaikan tangan sambil tersenyum “Kita akan bertemu sebentar lagi, tetaplah berjuang”
continue insyaAllah
Diposting oleh Hasan di 12.42 0 komentar
Pantun Fiyan vs Pantunku
paman_sam2 (8/29/2008 3:30:22 PM): Buah saga buah pepaya
Ke kota Sudan pagi-pagi
Nggak nyangka ya
Ternyata bulan Ramadhan sebentar lagi
Makan sawo dibawah bale
Jangan lupa diterapin pake gaya
Kalo ada sale-sale kate
Maapin aye ya
Pak Mamat sungkan jadi penguasa
Pohonnya dikikir minta diganti sama bahan satin
Selamat menunaikan ibadah puasa
Mohon maaf lahir dan bathin
zico_hasan (8/29/2008 3:39:01 PM): ikan peda dan beras kencur
zico_hasan (8/29/2008 3:39:18 PM): tersusun pada piring dan gelas
zico_hasan (8/29/2008 3:39:29 PM): siapa yang suka makan bersahur
zico_hasan (8/29/2008 3:39:42 PM): malam menjelang takkan lemas
zico_hasan (8/29/2008 3:39:53 PM): piss
zico_hasan (8/29/2008 3:40:12 PM): bales!
Pas malam sahur si Fiyan sms :
Ada uler makan petasan
Sirem air biar subur
Daripada ngiler terus-terusan
Lebih baik akhiri sahur.... hehe
Trims bro Fiyan
Diposting oleh Hasan di 12.36 0 komentar
Selasa, Agustus 12, 2008
Syair Perahu - Hamzah Fansuri
Syair Perahu - Hamzah Fansuri
Syair Perahu
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.
Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.
“Taharat dan istinja’” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.
La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
Hamzah Fansuri
Syeikh Hamzah Fansuri seorang ulama sufi Aceh abad 16. Seorang sufi penganut wihdatul wujud. Ajarannya ditentang Syeikh Nuruddin Ar-Raniri, mufti Samudra Pasai saat itu dan kitab-kitabnya dibakar..... semoga Allah mengampuninya. Syair Perahu merupakan syair melayu klasik yang mampu melewati kurun 4 abad, masih dicari dan dihafal orang hingga kini. Sutan Takdir Alisyahbana mencantumkan syair ini pada bukunya "Puisi Lama" terbitan Balai Pustaka. Naskah syair tidak saya ketik ulang dari buku tadi melainkan kopi dari satu webRead More..
Diposting oleh Hasan di 00.41 0 komentar
Senin, Agustus 11, 2008
Adu Pantun Terpanas
phio adrifebriadi (8/11/2008 2:59:21 PM): teman lama rindu-rinduan
phio adrifebriadi (8/11/2008 2:59:29 PM): hati2 ntar kayak si ryan bencong
didit (8/11/2008 2:59:34 PM): hahahah
abu rasyid (8/11/2008 2:59:35 PM):
zico_hasan (8/11/2008 2:59:49 PM): kirain mo pantun
abu rasyid (8/11/2008 3:00:03 PM): iya noh
abu rasyid (8/11/2008 3:00:06 PM): iya nih
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:00:11 PM): daku tidak bisa sastra zic,
abu rasyid (8/11/2008 3:00:13 PM): si pio botak
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:00:18 PM): bagus isi blog nya zic
didit (8/11/2008 3:00:24 PM): blog apa neh
didit (8/11/2008 3:00:27 PM): coba liat
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:00:34 PM): dit, blog ente udah di update?
zico_hasan (8/11/2008 3:00:37 PM): yg mana? syair sastra?
abu rasyid (8/11/2008 3:00:52 PM): siapa yang udah bikin blog nih
abu rasyid (8/11/2008 3:00:57 PM): liat donk
didit (8/11/2008 3:00:58 PM): setahun gak update
didit (8/11/2008 3:00:58 PM): heheh
didit (8/11/2008 3:01:03 PM): yang baru neh
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:01:03 PM): ntar ya temen2 ane mau lapor dulu
didit (8/11/2008 3:01:08 PM): http://www.anakkusayang.co.cc/
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:01:09 PM): udah ke ujung nih
didit (8/11/2008 3:01:15 PM): www.penuliscinta.co.cc
didit (8/11/2008 3:01:24 PM): www.dimasnugraha.co.cc
didit (8/11/2008 3:01:42 PM): blm neh
didit (8/11/2008 3:01:47 PM): ntar deh kalo ada waktu
didit (8/11/2008 3:01:52 PM): lagi seneng di kamar anak
didit (8/11/2008 3:01:54 PM): hehehe
zico_hasan (8/11/2008 3:02:17 PM): jalan2 ke
zico_hasan (8/11/2008 3:02:25 PM): lihat sawah berpetak-petak
zico_hasan (8/11/2008 3:02:40 PM): benar sangat hatiku riang
zico_hasan (8/11/2008 3:02:48 PM): liat phio berkepala botak
didit (8/11/2008 3:03:09 PM):
abu rasyid (8/11/2008 3:05:24 PM): ha ha ha
zico_hasan (8/11/2008 3:09:06 PM): pak bodong galamai jaguang
zico_hasan (8/11/2008 3:09:15 PM): pai kapatang idak basarawa
zico_hasan (8/11/2008 3:09:26 PM): kalau lah tuan pai ka banduang
zico_hasan (8/11/2008 3:09:47 PM): jaan lah lupo randang dibawa
zico_hasan (8/11/2008 3:10:02 PM): yihaaaa, sarap dah gw
abu rasyid (8/11/2008 3:10:22 PM): ha ha ha
abu rasyid (8/11/2008 3:10:26 PM):
abu rasyid (8/11/2008 3:10:35 PM): bali se lah di rumah makan
abu rasyid (8/11/2008 3:10:40 PM):
zico_hasan (8/11/2008 3:10:56 PM): he3x, beko ndak dapek pantunya doh
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:10:57 PM): simpan uang di dalam kotak
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:11:09 PM): simpan uang dalam kotak
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:11:18 PM): agar bisa beli layang-layang
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:11:24 PM): walau daku berkepala botak
abu rasyid (8/11/2008 3:11:25 PM): si pio pitih ka pitih se pangana nyo a
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:11:34 PM): tapi banyak orang yang sayang
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:11:40 PM):
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:12:02 PM): baleh dong
didit (8/11/2008 3:12:14 PM):
didit (8/11/2008 3:12:18 PM): dah mo dzuhur
didit (8/11/2008 3:12:22 PM): siap2 dulu ya om
didit (8/11/2008 3:12:26 PM): wassalam
didit has left the conference.
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:12:28 PM): salah dit mau ashar nih
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:12:31 PM): waalaikumsalam
zico_hasan (8/11/2008 3:12:34 PM): yo
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:13:15 PM): kalau bisa sambung lagi siap ashar
abu rasyid (8/11/2008 3:13:15 PM): pak ziko urang nyo gagah
abu rasyid (8/11/2008 3:13:15 PM): di caliak urang dari sawah
abu rasyid (8/11/2008 3:13:15 PM): baa hati indak ka susah
abu rasyid (8/11/2008 3:13:24 PM): mancaliak pak ziko si pio taparangah
abu rasyid (8/11/2008 3:13:26 PM): ha ha ha ha
abu rasyid (8/11/2008 3:13:33 PM):
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:13:34 PM):
zico_hasan (8/11/2008 3:13:49 PM):
zico_hasan (8/11/2008 3:14:13 PM): nemu tandingan niy gw.... okeh ntar gw masukin blog niy
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:14:51 PM): baju baru baju butut
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:14:57 PM): sejak tadi aku nahan kentut
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:15:05 PM): udah dulu ya
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:15:09 PM): mau boker nih
phio adrifebriadi (8/11/2008 3:15:25 PM): wassalamualaikum
abu rasyid (8/11/2008 3:15:43 PM): 'alaikum salam
Diposting oleh Hasan di 15.43 0 komentar
Senin, Juni 30, 2008
Kenangan di Kota Tua
Entah mengapa tulisanku ini diberi judul "Kenangan di Kota Tua"... apakah karena Jakarta kota kelahiranku adalah kota muda? Biarlah makna "tua" itu ku definisikan sendiri sebagai.... klasik, kuno, luas, indah, rigid... tidak banyak berubah, statis, dan... tentu saja tenang serta damai. Jakarta kota muda,..... hah, yang benar saja! Siapa yang pernah menamai jakarta "kota muda" selain penulis. Biarlah makna "muda" ku definisikan sebagai.... canggih, modern, sempit, jorok, dinamis, bergerak, dan.... tentu saja macet serta bising.
Kampungku di daerah Gunung Talang, Solok.... 1-2 jam dari kota Padang. Kampungku namanya Balai Gadang. Dulu pertama kali orang tuaku membawaku ke sana ketika aku baru belajar membaca. Hampir satu bulan di sana. Rumah nenekku tempatku bermalam adalah sebuah rumah tua berukuran panjang terbuat dari tembok.... lazimnya di kampung itu hingga sekarang pun rumah-rumah masih bergaya adat dengan berbahan kayu kuno yang sangat awet hingga puluhan tahun.
Jarak tiap rumah tidaklah rapat sebagaimana layaknya di Kota Jakarta, semuanya memiliki halaman dan pepohonan yang umumnya dibatasi tanaman pagar. Aku merasa semua tetangga dan jiran rumah adalah kerabat... sanak... family... karena dekatnya hubungan kekeluargaan satu sama lain. Mereka semua hafal silsilah kekeluargaan mereka satu sama lain.
Secara umumnya desa, jangan diharap bisa menemukan WC maupun mandi di kamar mandi dalam rumah karena semua itu terletak di luar rumah..... bahkan pekarangan yang agak jauh. Mandi umumnya di suatu pancuran yang mengalir selalu melalui kolam-kolam ikan, sungai, saluran-saluran yang bermuara ke sawah dari puluhan mata air.
Semuanya adalah kebahagiaan, tidak terlihat perasaan tertekan penduduknya karena kesulitan ekonomi dan himpitan hidup sebagaimana layaknya di Jawa. Semuanya bertani dengan penuh semangat.... tidak perlu berlari untuk mengejar impian.... tidak perlu sikut sana-sini untuk mengejar jabatan... layang-layang pun terbang dengan riangnya...
kukejar mimpi dan ambisi dia pun lari
kurasai ketenangan bahagialah yang menghampiri
Masih lekat dalam ingatanku sosok anak sebayaku yang mahir memanjat pohon kelapa. Dia adalah anak pengurus rumahku disana karena bertahun-tahun ditinggal penghuninya. Anak ini sangat menikmati dunianya hingga harus mengulang kelas 1 sekolah dasar sampai 5 kali!!!
Kami memiliki sawah puluhan hektar, pernah aku menyusuri semuanya bersama nenekku dari pagi baru selesai menjelang sore hari. Entah hari ini siapa tuan bagi sawah kami dulu.
Konon ibuku bercita-cita menghabiskan hari tuanya di negeri indah itu untuk mengurus sawah yang berhektar-hektar itu.
Oya, tentu tak lupa kusebutkan pemandian Sumur air panas yang terletak di pekarangan rumah salah satu nenekku disana. Namanya pemandian "Ayi Angek Sungsang".
Pernah sekali aku memancing di kolam rumahku dari pagi hingga petang.... tak terasa waktu yang berlalu karena gembira dengan tangkapan yang banyak.... entah berapa puluh. Selesai memancing maka semua ikan pun dimasak. Tentu bukan ikan biasa, ikan unik yang cuma bisa dinikmati di negeri yang jauh dari hiruk pikuk kota.
Ikan berkumpul keluarlah telur
telur masak jadilah ikan
Siapakah yang luput dari tidur
Yang Maha Kuasa pencatat laku dan perbuatan
Web Site Hit Counters
Diposting oleh Hasan di 16.59 1 komentar
Senin, Juni 09, 2008
HAMKA dan Habiburrahman
Sudah setengah tahun aku tinggalkan tarian jariku diblog ini, yang isinya cuma beberapa artikel ujicoba. Rasanya sulit sekali membangkitkan kembali semangat sastraku dan sudah lama kutinggalkan membaca puisi dan pantun, sejarah, tarikh dan adab. Aku kehilangan jiwa dan nafas kehidupan. Buku-buku dan teman diskusi yang dulu mudah ditemui rasanya sudah bersimpang jalan.
Tapi aku merasa punya hutang dengan sosok penulis yang banyak menginspirasiku. Makin banyak kuselami tulisannya dan karyanya yang hampir-hampir tenggelam terkalahkan kedigdayaan modernitas.
Aku tahu dia meluangkan dan mencurahkan jiwa raganya.....
Aku pun sadar sosok selama ini aku remehkan ternyata lebih kokoh dari gunung singgalang....
Aku malu atas inkonsistensiku, dalam keluh kesahku...
Pernahkah engkau membayangkan, berjalan kaki puluhan kilometer untuk mencari jalan... untuk suatu puncak keilmuan? Pernahkah engkau berpikir hambatan terbesarmu adalah dirimu sendiri yang ragu untuk menebas segala aturan moral dan sosial yang membelenggu keperkasaan sejatimu?
Sampai aku melihat buku-buku dan tulisannya, baru bisa kurasakan semangat dan nafas seorang sejarawan, saksi sejarah, dan indera keenam seorang ahli tarikh. Aku pun sadar bahwa hasil tulisannya merupakan akumulasi riset puluhan tahun, ketabahan, silaturahim dengan anak cucu pewaris sejarah, dan safar ribuan kilometer, semoga Allah membalas beliau.
Hari ini tentu semua serba mudah,
anda tinggal googling,
anda bisa ke pepustakaan universitas,
Kurang klasik?? kurang primer?? Pergilah ke Leiden... kamu akan temukan ribuan manuskrip.
Haji Abdul Malik bin Syekh Abdul Karim Amrullah, atau beliau menyingkatnya dengan HAMKA, seorang dari segelintir ulama produktif dizamannya. Karya2nya mencapai 108 buku, aku baru baca beberapa, diantaranya:
-Sejarah Islam jilid 1 s/d 5
-Tenggelamnya Kapal Van der Wijcks
-Tafsir Al Azhar (Juz 30)
-Kenang-Kenangan Hidup
-Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao
-Tasawuf dan Pemurniannya
-Filsafat Islam
-Perkembangan Kebatinan di Indonesia
Menulis seratus buku ilmiah berbobot dengan tebal rata2 diatas 200 halaman??!!! Di Negeri ini cuma sedikit yang terkenal mampu, diantaranya yang sezaman dengan beliau adalah Syeikh A.Hassan dan Prof. Tengku Hasybi Ash Shiddiqie.
Tentu saja hari ini orang-orang -termasuk guruku Ust. Hakim- menilainya lebih sebagai seorang sastrawan ketimbang ulama'. Maka menurutku beliau setara dengan Imam ahli sejarah Mesir abad 18, Syaikh Al Jabarati. Tentu saja ditinjau dari kedalaman dan otentisitas penyusunan buku beliau tentang sejarah serta keterlibatan sebagai saksi sejarah. Timur tengah punya Imam2 ahli sejarah yang memetakan dan mengungkap kejayaaan dan keagungan mereka. Sedangkan Asia Tenggara.... blom ada riset sejarah Islam yang menandingi otentisitas riset Buya Hamka sepengetahuan saya.
Tentu banyak yang melakukan penelitian sejarah, tapi perspektifnya tidak dari perspektif intelektual Islam. Sebagian besar yang dilakukan sarjana barat secara umumnya cuma menulis "Sejarah Orang Islam" bukannya "Sejarah Islam". Tentu saja tidak nampak ruh dan kekuatan serta keindahan dari fase-fase sejarah milik umat. Sebagiannya lagi cenderung punya "kepentingan terselubung" seperti pengkaburan dan pembiasan fakta-fakta sejarah sebagaimana dilakukan Snouck Hongronje dengan Teori Gujaratnya.
Hal yang terpenting yang menyebabkan tulisan sejarah dan tulisan2 Buya Hamka sangat "bernafas" tentu saja karena kekuatan unsur sastra dan pantun yang mengiringi bagian-bagian penting suatu fasal. Benar-benar khas sebagaimana penulisan kitab-kitab fiqh dan tarikh Islam klasik!
Dengan demikian buku-buku roman HAMKA kaya dengan unsur peradaban pada masanya serta pantun-pantun klasik sebagaimana latar belakang perkembangan keilmuan beliau.
Habiburrahman, Ayat-ayat Cinta, dan HAMKA
Sulit sekali buat saya membaca buku-buku roman maupun novel karena begitu melekatnya larangan membaca buku cinta yang terekam menjadi Superego tersendiri. Novel, roman, dongeng dan kisah-kisah fiktif lainnya merupakan lahwun, melalaikan. Pernahkan membayangkan buku yang anda baca serasa api yang menyambar-nyambar karena kuatnya penolakan dari hati dan keyakinan? C'mon... it's just a romantic novel, Helloooooooo....
Tapi membaca literatur menarik dan karya sastra juga kadung jadi tuntunan pengembaraan intelektual, sehingga membentuk menjadi Id sebagaimana memakai istilah yang digunakan Sigmund Freud. Bagaimanapun tebalnya novel Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih jilid 1 dan 2, seolah ada tangan ketiga yang menggoda kita untuk terus membalik se-halaman demi sehalaman.
Lagi-lagi tema "Cinta".... Tapi itulah karya yang paling menarik diikuti, paling banyak ditiru, dan tidak jarang menggugah pembaca dan penikmatnya untuk hanyut dalam khayal pengarangnya. Bagi pembaca roman-roman Buya HAMKA, tentu ketika membaca novel karya Habiburrahman Asy Syirazi setuju untuk menyematkan gelar "HAMKA muda" kepadanya. Corak novelnya yang relijius, kekuatan sastranya, pantunnya, kisah cintanya, sanggup melunturkan kesan keulamaan pengarangnya.
Seperti Roman "Tenggelamnya Kapal Van der Wijkcs". Bagaimana bisa seorang ulama besar sekaliber Buya HAMKA menulis kisah cinta, dengan sahut-sahutan kiriman surat cinta mendayu-dayu, yang digambarkan pada tokoh utamanya.?
Suatu kemampuan yang bertolak belakang dengan dunia yurisprudensi Islam. Aku harus membayangkan... beliau membangun karakter tokoh, menciptakan suasana dan setting waktu, mengkompilasi semua pengetahuan dan berita hari itu menjadi padu dalam kesatuan roman.... plus bumbu-bumbu puisi dan surat cinta. Alamaaak, tidakkah ayah beliau memarahinya????!!
Tentu saja, Syaikh Abdul karim ayah beliau berang setiap tahu anaknya baca cerita2 roman barat. "Kamu mau jadi ulama' atau tukang cerita", bentaknya.
Ayat-Ayat Cinta, tentu bukanlah copycat dari roman Buya HAMKA..... Tapi tentu dia copycat dari segenap karya roman (hari ini namanya novel, tentu dengan beberapa perbedaan).... apalagi kalo bukan mengkopi tema C.I.N.T.A. Hanya saja, kali ini memang Habiburrahman benar2 menguasai zamannya dan tetap konsisten dengan ideologinya, Islam. Persis yang dilakukan Buya HAMKA kurang dari satu abad lalu.
Bohong kalo karya besar tidak lahir dari pengalaman pribadi penulisnya yang "tanpa sengaja" turut menjiwai karakter dari -umunya- tokoh utama yang dia bangun. Tengok Tenggelamnya Kapal Van Der Wijcks, bukankah sang tokoh dalam roman lahir di Sumatera Barat, lalu merantau ke Mengkasar (hari ini dibaca Mankassar). Tentu tidak lain sejalan dengan perjalanan hidup HAMKA yang ketika menulis itu (kalo ngga salah tahun 30'an) diutus untuk tinggal lama di Makassar sebagai penyebar cabang Muhammadiyyah.
Sad ending pada akhir kisah rada2 mirip dengan kisah HAMKA muda yang harus berkali-kali putus cinta.
Ayat-Ayat Cinta...? Bukankah tokoh utamanya mahasiswa Kairo, persis dengan latar belakang keilmuan penciptanya. Lagi-lagi "Ketika Cinta Bertasbih" pun masih bertokoh "mahasiswa al Azhar Kairo".
Ketika booming "Ayat-Ayat Cinta" saya sempat di sms seorang kawan lama yang tinggal di Pontianak sekarang. Katanya, kisah "Ayat-Ayat Cinta" sangat mirip dengan pengalaman hidup saya..... jujur sampai sekarang saya belum baca buku itu. Tapi ketika saya baca sebagian dari "Ketika Cinta Bertasbih" saya benar2 terkagum-kagum dan tidak sanggup meneruskan.... betapa kisah si Azzam sangat mirip secara detil dengan kisah hidup saya.
Web Site Hit Counters Read More..
Diposting oleh Hasan di 14.14 2 komentar