Ini tulisan pertama blog Sastra Adab.....
Maunya sih khusus isinya buat kumpulan Karya Sastra Pantun baik karya sendiri maupun Nusantara yang menarik. Saya gunakan juga istilah "adab" karena untuk kembali kali pertama saya belajar sastra adalah dalam kuliah Bahasa Arab untuk mata kuliah Adab. Dalam bahasa Arab, Adab tuh artinya Sastra (disamping punya arti lain, yaitu adab sebagaimana arti dalam bahasa Indonesia). So.... sambil mengingat2 kembali asyiknya belajar pantun2 arab, saya akan menuliskannya supaya terjaga, bukankah ilmu itu diikat dengan ditulis?
Pantun merupakan satu puisi Melayu sejati dan digunakan untuk mengambarkan pelbagai keadaan dan kegunaan seperti melahirkan perasaan sedih, gembira, rindu, berkasih dan memberi nasihat. Pantun juga boleh diguna secara berbalas-balasan di majlis seperti peminangan, perkahwinan dan di dalam rancangan radio. Pantun juga boleh dinyanyikan seperti mana lagu Rasa Sayang, Sri Mersing dan lain-lain. Pantun juga dibaca sebagai mentera dalam sesetengah jampi serapah yang diamalkan oleh pawang dan dukun dalam perubatan traditional. (Muhamed Yusri Muhamed Young)
alkisah.... duluuuuuuuu pas zaman2 jahiliyah, bangsa arab tuh terkenal banget dengan Sastranya, terutama syair2 Arab. Bangsa Arab kuno sering mengadakan perlombaan adu syair di sebuah Pasar yang sangat terkenal saat itu, namanya Pasar Ukadz. Orang-orang berlomba2 membuat syair sehingga siapapun yang syairnya memukau banyak orang maka si empunya syair bakalan langsung kesohor ke seantero Arab Quraisy.
Keadaan ini berlangsung hingga zaman nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wa sallam, hanya saja beliau kurang menyukainya. Orang-orang musyrik - dan banyak orientalis- menuduh bahwa Rasulullah banyak belajar syair sehingga dipakai dalam membikin2 Al-Qur'an, padahal bahasa Al-Qur'an jauh lebih "dalam" dan lebih "kuat" sastranya dibanding bikinan penyair terbaik sekalipun. Menunjukkan Al-Qur'an tidak bisa disandingkan dengan syair2 buatan manusia. Rasulullah memiliki ahli syair khusus untuk membalas ejekan2 ahli syair musrik, yaitu Hassan bin Tsabit.
Ciri khas syair Arab adalah susunannya yg qafiyah, bersajak, memiliki bunyi akhir sama, dan umumnya didahului ungkapan2 sebelum masuk ke bait tujuan.
Syair gaya arab kuno ini diadaptasi oleh para sastrawan melayu muslim dan ulama2 Indonesia. Mereka biasa menulis dan berbicara disisipi syair2 dan pantun2 indah yang iramanya mirip dengan gaya syair arab, yaitu memiliki sajak, bunyi akhirannya sama, berbait-bait.
Kliatannya di Indonesia dikembangkan lagi, tidak hanya cukup perdua bait sebagaimana layaknya syair, tapi jadi per empat bait, jadilah dia pantun.
Contoh yang mashyur adalah :-
Banyak udang banyak garam,
banyak orang banyak ragam.
Sudah garahu cendana pula,
sudah tahu bertanya pula.
Contoh lain adalah :-
Berakit-rakit kehulu,
berenang-renang ketepian,
bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian.
tulisan berikutnya, insyaAllah lebih banyak memuat pantun2, dan saya akan coba menulis buatan saya sendiri juga, insyaAllah....
Kamis, November 01, 2007
Goresan Pertama
Diposting oleh Hasan di 13.16
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
boss tu tulisan جَاحِلُ salah bukan ha kecil tapi ha tebal. ok boss soryy
bukan sok pinter tapi heeeeeeeeeeeeeee....kweeeee
akh... antum memang orang hebat
banyak hal yang telah engkau lewati sangat berat !!!!
saya cm kehilangan adek kembar saya di usia 19 tahun (ketika sama2 tidur sekamar bareng selama itu) dan kakek saya meninggal
membuat saya harus menyegerakan menikah tapi ternyata saya gak pantas berkata ini
tapi antum telah kehilangan bapak, ibu,kakek dan dipisahkan oleh adik2 antum
-- Barkan Hadi, temennya Irman Hamzah --
Posting Komentar